NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Lelateng yang memiliki penduduk heterogen di antaranya kawasan padat penduduk perkotaan. Berpotensi memunculkan dinamika penduduk dan sosial yang tinggi.
Termasuk di wewidangan adat di mana Desa Adat Lelateng merupakan salah satu desa adat yang wilayahnya luas di Kecamatan Negara.
Penguatan pecalang dalam pengamanan swakarsa di lingkup adat perlu dilakukan. Melalui program Si Pandu Beradat atau Sistem Pengamanan Terpadu Berbasis Desa Adat diharapkan desa adat juga memiliki peran untuk menjaga keamanan di lingkup wewidangan dengan tidak semena-mena atau lepas dari koridor hukum.
Penguatan pengetahuan tentang Si Pandu Beradat ini diberikan untuk para pecalang yang bertugas di masing-masing Banjar.
Penyarikan Desa Adat Lelateng, I Komang Susila mengatakan pembekalan dilakukan bagi para pecalang untuk memberikan pengetahuan terkait Si Pandu Beradat juga dasar-dasar pengamanan di masyarakat agar tidak melampaui wewenang.
Sehingga ada pengetahuan dan pembekalan bagi para pecalang, khususnya sebagai pengamanan di wewidangan desa adat. Bersinergi dengan aparat keamanan mewujudkan Kamtibmas.
Pembekalan melibatkan Bhabinkamtibmas dan Babinsa Lelateng yang juga sebagai bentuk sinergitas pengamanan di lingkup desa/kelurahan. Pembekalan diberikan meliputi pengetahuan pengamanan dasar seperti dalam lalu lintas, kependudukan, sosial masyarakat dan prosedur pengamanan.
Dari Bhabinkamtibmas Polres Jembrana juga dijelaskan terkait landasan hukum Si Pandu Beradat, peranan pecalang dalam pengaturan lalu lintas.
Desa Adat Lelateng memiliki wewidangan yang cukup luas mulai dari lingkungan perkotaan hingga berbatasan dengan desa pesisir.
Desa Adat Lelateng memiliki hampir 2.000 KK yang terbagi di enam Banjar Adat di antaranya Banjar Tinusan, Banjar Ketapang, Banjar Peken, Banjar Terusan, Awen Lelateng dan Banjar Adat Awen Mertasari. Salah satu yang dipertahankan adalah menjaga tatanan sosial di Lelateng.
Terutama menjaga persatuan dan kesatuan umat. Sebab, di Lelateng selain krama adat, juga banyak dari umat lain yang berbaur. Krama tamiu itu menurutnya juga dinaungi di LPD Lelateng. Begitu halnya di pasar adat yang juga mengayomi pedagang dan pembeli dari berbagai kalangan. (Surya Dharma/balipost)