![Viraguna Bagoes Oka](https://www.balipost.com/wp-content/uploads/2021/06/balipostcom_siapkah-bali-menyongsong-era-baru-tanpa-pariwisata_01-696x464.jpg)
Oleh Viraguna Bagoes Oka
Sebagaimana dimaklumi bahwa dalam kilas balik perekonomian dan dunia usaha Bali selama kurun waktu tahun 2024 masih diselimuti oleh kondisi anomali bahkan menunjukkan kecenderungan stagnan dan masih menghadapi tekanan.
Dunia usaha besar, menengah ke bawah masih menghadapi tekanan berlanjut pascakrisis global dan pandemi terutama dunia usaha lokal Bali di bidang pariwisata serta usaha-usaha turunannya seperti properti, dan vila, pascadihentikannya relaksasi debitur perbankan dan lembaga keuangan.
Dampaknya tercermin dari meningkatnya Loan at Risk (LAR), Non Performing Loan (NPL) dan AYDA Perbankan di Bali baik dari Bank BUMN, Bank Umum dan BPR yang kualitasnya cenderung menurun melewati ambang batas NPL di atas 3-7% . Hal ini tercermin dari meningkatnya antrean AYDA perbankan di Bali yang berada di atas ambang batas normal.
Akibatnya bisa ditebak harga pasar properti Bali terkoreksi cukup dalam, sampai ada bank umum yang berani memberikan discount atas AYDA hingga 30%-an, sehingga lembaga keuangan/perbankan pada tahun 2024 akhir yang masih mendesak membutuhkan dukungan likuiditas untuk jangka waktu 2-3 tahun ke depan untuk
bisa menyelamatkan industri perbankan lokal serta dunia usaha lokal.
Bagaimana dengan prospek perekonomian dan dunia usaha Bali tahun 2025 mendatang pascaterpilihnya Koster-Giri Prasta sebagai gubernur dan wakil gubernur Bali.
Publik dan masyarakat Bali sangat menaruh harapan besar agar kepemimpinan Bali tahun 2025 mendatang bisa memenuhi kriteria yang diharapkan. Pertama, Gubernur dan wakil gubernur memiliki akses strategis, harmonis dan dukungan kuat dari pemerintah di pusat untuk memudahkan kinerja dalam mengelola Bali yang terlanjur menjadi salah satu tujuan utama bagi wisatawan dan pelaku usaha mancanegara dan domestik.
Kedua, gubernur dan wakil gubernur bisa bersinergi dalam satu komando dengan bupati dan wali kota dalam konsep one island
management untuk tata kelola mengatasi dan menangani kompleksitas permasalahan Bali yang sudah akut seperti macet, sampah, transportasi, pengangguran, lapangan kerja lokal, kepadatan penduduk dan kemiskinan.
Ketiga, kepemimpinan Bali yang kompeten,nkredibel dan terpercaya serta memiliki jiwa petarung sehingga bisa menjadi “role model” dan layak diberikan kewenangan khusus oleh pemerintah pusat dalam Industri pariwisata agar Bali bisa mandiri dalam menghasilkan sumber dana sendiri atas kewenangan khusus melalui kewenangan pengelolaan keimigrasian , pengelolaan investasi masuk Bali dan
pengelolaan pintu masuk Bali berbasis local wisdom guna mewujudkan pariwisata Bali yang berkualitas (quality tourism).
Bali dalam 5 bulan terakhir telah mengalami deflasi (antara 0,25 – 0,35) yang persisten mencermikan bahwa daya beli masyarakat Bali telah tergerus berkelanjutan dari Mei 2024 hingga September 2024. Hal ini menjadi tantangan tersendiri terhadap dunia usaha dan perekonomian Bali ditengah anomali pertumbuhan Bali saat ini tercatat di 4%.
Disinyalir kuat bahwa pertumbuhan yang terjadi saat ini sebagian besar dipicu oleh deras masuknya investasi dari luar Bali dan luar negeri yang membawa kontraktor juga dari luar Bali. Sementara pelaku usaha lokal dan dunia usahanya stagnan sehingga daya belinya melemah (deflasi).
Ini menjadi tantangan terberat bagi pemimpin Bali. Diperkirakan perekonomian Bali tahun 2025 masih diwarnai beberapa ancaman dan tantangan yang cukup pelik. Pertama, dunia usaha lokal Bali yang masih kesulitan mendapatkan akses sumber dana perbankan dan jangka waktu 2-3 tahun kedepan untuk bisa kembali pulih dari dampak deflasi dan resesi ekonomi dunia yang masih berlanjut.
Kedua, potensi ancaman terbesar Bali pada tahun mendatang adalah semakin maraknya investor dan developer asing yang akan masuk didukung kelonggaran kebijakan pusat. Sementara sumber dana luar ini penempatan dan pengunaannya sangat efisien lewat perbankan offshore dengan konsekuensi perekonomian dan dunia usaha Bali berpotensi tidak akan mendapatkan manfaat nilai tambah berarti akibat tranfer pricing atas keuntungan investasinya lewat offshore banking yang berlokasi di luar negeri.
Ketiga, kepadatan penduduk, kesemrawutan traffic, pengelolaan sampah, ancaman kriminalitas dan permasalahan klasik existing lainnya tetap akan mewarnai keseharian Bali ke depan jika tidak ditangani dan dikelola secara fokus, komitmen tinggi dan konsistensi
berkesinambungan.
Terlepas dari semua ancaman dan tantangan yang ada, harapan dan peluang Bali ke depan tumbuh berkembang masih tetap terbuka selama pemimpin Bali terpilih mampu melakukan komitmen tinggi, keteladanan, sinergi dan satu komando dengan pemerintah pusat dalam mewujudkan Bali Yang Hita berbasis Kearifan lokal dan Budaya Bali yang sudah digandrungi dan menjadi ikon dunia.
Semoga Semua Hidup Berbahagia memasuki Tahun Baru 2025. Svaha
Penulis, Pemerhati dan Praktisi Keuangan/Perbankan dan Usaha Kecil