Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra menggelar seminar bertajuk "Bahasa Isyarat Tanpa Suara Penuh Makna" pada Sabtu (11/1). (BP/Ni Wayan Linayani)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Dwijendra menggelar seminar bertajuk “Bahasa Isyarat Tanpa Suara Penuh Makna” pada Sabtu (11/1). Acara yang berlangsung di Aula Udyana Shanti Universitas Dwijendra ini merupakan salah satu bentuk penilaian akhir dari mata kuliah Manajemen Event dan Krisis semester 7.

Menurut Ketua Panitia Seminar, Pras, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya siswa dan mahasiswa, mengenai pentingnya bahasa isyarat sebagai salah satu bentuk komunikasi yang melengkapi komunikasi verbal dan nonverbal.

“Kami ingin berbagi dengan teman-teman bahwa bahasa isyarat adalah salah satu bentuk komunikasi yang penting dalam kehidupan sosial masyarakat,” ujar Wakil Ketua Panitia, Dera menambahkan.

Baca juga:  BNI Gandeng RORI, Beri "Benefit"di Jambore Royal Enfield 2019

Dera mengatakan acara ini dirancang memperkenalkan dasar-dasar bahasa isyarat kepada peserta. Acara ini menghadirkan narasumber dari Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo), yang terdiri dari dua pembicara dan satu koordinator, serta didukung oleh juru bahasa isyarat dari Pusat Layanan Juru Bahasa Isyarat Indonesia (PLJ).

Peserta seminar meliputi siswa SMA dan SMK di Denpasar, serta mahasiswa dari beberapa universitas di sekitar Kota Denpasar. Konsep acara yang intim ini menargetkan 60 peserta, namun jumlah peserta yang hadir berdasarkan absensi mencapai sekitar 40 orang.

Baca juga:  Amrulloh Dibui 12 Tahun Penjara

Dalam sesi praktik, peserta diajarkan teknik dasar bahasa isyarat, seperti alfabet dan salam sederhana. “Kami berharap acara ini dapat mendorong peserta untuk lebih sadar akan pentingnya bahasa isyarat serta mulai mempelajari dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Putu Ayu Syekar Brahmantia, seorang siswa SMA Dwijendra Denpasar berbagi pengalamannya mengikuti seminar ini. “Di sini saya bisa belajar dan mengenal bahasa isyarat lebih luas lagi, dan ini juga merupakan impian saya sejak dulu,” ujar Ayu.

Baca juga:  Dwijendra University Masih Terima Calon Mahasiswa Baru hingga Akhir Oktober

Menurutnya, seminar ini memberikan wawasan baru yang mendalam tentang pentingnya bahasa isyarat sebagai salah satu bentuk komunikasi yang inklusif.

Senada dengan Ayu, mahasiswa asal Ubung, Okta mengaku mendapatkan pelajaran sangat positif, karena bisa belajar tentang bahasa isyarat dan juga diajarkan untuk lebih menghargai teman-teman tuli atau tunarungu.

Ia juga mengaku sangat penting mempelajari bahasa isyarat sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada teman-teman penyandang disabilitas pendengaran. (Cahya Dwipayanti/Ni Wayan Linayani/balipost)

BAGIKAN