Agung Udayana S.E., M.M., M.Hi. (BP/Istimewa)

Oleh Agung Udayana S.E., M.M., M.Hi.

Pengelolaan sampah dan limbah merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan rendah emisi karbon dan Resilient climate, termasuk upaya pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca secara terukur. Menumpuknya sampah di tempat pembuangan akhir dapat membawa efek negatif bagi semua pihak.

Data BPS terbaru, dengan jumlah penduduk tercatat sekitar 278,69 juta jiwa dimana setiap orang bisa menghasilkan 0,6 kg-0,8 kg sampah per hari, tentu akan menjadi sumber meningkatnya jumlah sampah. Oleh karena itu dibutuhkan solusi pengolahan yang tepat untuk menjaga ekosistem darat. Jika pengelolaan sampah hanya dilakukan dengan pengumpulan, pengangkutan, serta pembuangan di tempat akhir maka masalah sampah tidak akan pernah selesai.

Dalam rangka mengejar Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai program pembangunan berkelanjutan PBB yang diharapkan tercapai pada 2030, maka penanganan sampah menjadi bagian dari solusi SDGs 15,  yaitu melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan sangat mempengaruhi kondisi ekosistem darat.

Baca juga:  Inflasi dan Daya Beli

Bali sebagai destinasi wisata terpopuler, kerap kali mengalami penumpukan sampah dan akan meningkat saat musim liburan. Tingginya kunjungan wisatawan dibarengi meningkatnya produksi sampah. Laju pertumbuhan penduduk non natalitas (migrasi) di Bali, tentunya akan mempengaruhi daya buang sampah dan limbah yang berdampak buruk. Namun demikian, sampah dan limbah dapat dilihat dari aspek peluang dalam upaya mengatasi masalah, antara lain penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rakyat misalnya melalui bank sampah, ekonomi sirkuler dan upaya inovatif lainnya.

Dalam upaya implementasi TNI AD Bersatu dengan alam, sebagaimana arahan Kasad, Jenderal Maruli, jajaran Kodam IX/UDY, turut berperan aktif merubah sampah plastik menjadi produk olahan berupa Paving Block. Transformasi limbah plastik menjadi paving block tidak hanya mengurangi akumulasi sampah plastik, tetapi juga berpotensi menghasilkan material ramah lingkungan yang bermanfaat bagi pembangunan.

Baca juga:  Parpol dan Rakyat Miskin

Paving block terbukti lebih dipilih masyarakat dibandingkan perkerasan aspal maupun dak beton karena dinilai sebagai material ramah lingkungan. Meskipun dari limbah sampah, kualitasnya tidak kalah dengan paving dari semen dan pasir, bahkan sudah memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI).

Tidak semua limbah plastik dapat didaur ulang, plastik yang baik untuk bahan dasar yaitu plastik PET, karena memiliki kekuatan mekanik tinggi, transparan, dan bersifat biodegradable, seperti bekas botol minuman. Menurut Journal of Health, Education, Economics, Science, and Technology, kualitas paving block dari semen masih dibawah paving block dari limbah plastik, dengan harga jauh lebih rendah dibanding perkerasan konvensional, serta biaya perawatan yang murah.

Jika konsep ini berkelanjutan maka akan mengurangi akumulasi sampah plastik, sehingga membantu memitigasi dampak kerusakan lebih lanjut terhadap ekosistem. Selain itu, paving block ini juga dapat mengurangi kebutuhan bahan baku konvensional, seperti pasir, semen dan batu bata. Paving block berbahan plastik bahkan dapat meningkatkan daya tahan dan ketahanan terhadap faktor lingkungan, seperti cuaca ekstrem dan korosi.

Baca juga:  Harmonisasi Pertanian, Budaya, dan Pariwisata

Langkah inovatif jajaran Kodam IX/UDY sangat berpotensi mengubah permasalahan lingkungan menjadi peluang positif. Gagasan Pangdam IX/UDY, Mayjen Zamroni, yang intens terhadap penanganan sampah, terimplementasi dengan merubah sampah menjadi bahan produktif.

Sampah bisa menjadi cuan, tentu dengan kerja keras, kepedulian dan pemikiran konstruktif. Mencermati tantangan yang ada, pemerintah maupun pihak swasta perlu bekerja sama mengembangkan teknologi, standarisasi dan regulasi yang mendukung produksi dalam pemanfaatan produk ini. Dengan demikian, penggunaan limbah plastik dalam pembuatan paving block dapat menjadi kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan, sejalan dengan motto “TNI AD Bersama Rakyat Bersatu Dengan Alam untuk NKRI”.

Penulis, Kapendam IX/Udayana

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *