JAKARTA, BALIPOST.com – Remitansi pekerja migran Indonesia (PMI) mencapai ratusan triliun rupiah dalam setahun. Data yang dilansir Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan tahun 2023, remitansi PMI mencapai US$14,22 miliar atau sekitar Rp223,2 triliun.
Jumlah ini naik 10,68% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$12,85 miliar. Sementara itu di tahun lalu, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) menyebutkan remitansi yang dilakukan pada 2024 mencapai Rp 251,5 triliun.
Keberhasilan tersebut dicapai karena literasi keuangan di antara para PMI telah membaik dan keberadaan remitansi digital. Salah satu pelaku usaha layanan remitansi digital, Maulana, mengakui seiring dengan berkembangnya era digitalisasi 5.0, makin banyak PMI yang memanfaatkan layanan ini.
Disebutkannya, layanan Beyondtech yang diluncurkan pada 2024 misalnya, memungkinkan pengguna untuk melakukan transfer uang dari mana saja dan kapan saja, baik pengiriman masuk (inbound) maupun keluar (outbound). Saat ini terdapat 20 ribu pengguna yang memanfaatkan aplikasi ini dengan target 1 juta pengguna di akhir 2025.
“Transformasi ini adalah langkah besar dalam mengintegrasikan remitansi tradisional ke platform digital yang lebih aman, nyaman, dan mudah diakses siapa pun,” ujar direktur Adisena Mitra Usaha ini, Kamis (16/1).
Remitansi adalah layanan pengiriman uang dari PMI ke keluarga mereka di Indonesia. Remitansi PMI menjadi sumber cadangan devisa kedua terbesar di Indonesia setelah sektor minyak dan gas bumi.
Lebih lanjut, Maulana menyebutkan dengan mengantongi lisensi PJP 3 (Penyelenggara Jasa Pembayaran Level 3), memungkinkan layanan remitansi dan disbursement digital beroperasi secara resmi dan terstandar. Menilik makin potensialnya remitansi ini, pihaknya memperluas jangkauannya melalui kolaborasi strategis di 2025.
Jadi, tak hanya melayani PMI dengan membangun kemitraan bersama agen pekerja luar negeri, melainkan mendukung eksportir dan importir dalam melakukan pembayaran vendor dan menyediakan aplikasi ketenagakerjaan untuk pekerja migran.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan upaya mendukung infrastruktur QRIS, yang akan dioptimalkan melalui kolaborasi dengan berbagai provider. Layanan QRIS ini akan tersedia di bazaar, event, dan berbagai kegiatan masyarakat untuk mendukung transaksi tanpa tunai yang lebih praktis. (kmb/balipost)