SINGARAJA, BALIPOST.com – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Buleleng melakukan pengamanan terhadap sejumlah anak punk yang sedang mengamen di kawasan Taman Yowana Banyuasri, Kabupaten Buleleng pada Sabtu (19/1) petang. Keempat anak punk itu pun langsung digelandang ke Dinas Sosial Kabupaten Buleleng untuk dikembalikan ke daerah asalnya.
Kepala Satpol PP Buleleng, Gede Arya Suardana dikonfirmasi Minggu (19/1) mengatakan keempat anak punk itu diamankan setelah adanya patroli yang dilakukan oleh Tim Trantib Buleleng.Arya menyebut, mereka kedapatan melakukan kegiatan ngamen di Taman Yowana Asri, Kelurahan Banyuasri, Buleleng.
Mendapati laporan dari masyarakat, petugas pun diterjunkan untuk melakukan pengamanan terhadap empat anak punk itu.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari patroli rutin untuk menjaga ketertiban umum dan mengantisipasi keberadaan pengamen, orang terlantar, serta orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang sering terlihat di beberapa kawasan Buleleng,” jelas Arya.
Dari hasil pengamatan tersebut, tim menemukan uang senilai Rp 206 ribu yang diperoleh dari mengemis. Keempat anak punk ini langsung digelandang ke Dinas Sosial Kabupaten Buleleng untuk diberikan pembinaan.
“Berdasarkan laporan tersebut, tim bergerak cepat dan mengamankan empat orang yang diduga sedang mengemis di lokasi tersebut,”ujar Arya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Buleleng, I Putu Kariaman Putra menjelaskan keempat anak punk ini sudah dilakukan pembinaan dan pendataan sebelum mereka dikembalikan ke daerah asalnya. Kariaman menjelaskan, mereka yang datang ke Buleleng ini sengaja berkelompok agar lebih menarik simpati masyarakat Kota Singaraja. “Mereka bermodus pengamen, ujungnya-ujungnya minta uang untuk bekal,” jelas Kariaman.
Kariaman juga menjelaskan, Kabupaten Buleleng memang menjadi tujuan utama bagi orang-orang terlantar, gepeng maupun anak punk. Hal ini merujuk pada sifat masyarakat di Buleleng yang mudah simpati kepada sesama.
Padahal Dinsos Buleleng kerap menghimbau, agar masyarakat tidak mudah bersimpati ke hal-hal seperti ini. “Masyarakat Buleleng kan kebanyakan simpati bahkan tidak sampai hati, salah satunya dengan modus mengamen di hadapan warga. Kita kerap menghimbau ke warga tidak memberikan sesuatu. Padahal sangat mengganggu kenyamanan warga,” tandasnya. (Nyoman Yudha/balipost)