Tim penilai melakukan penilaian terhadap salah satu ogoh-ogoh yang dilombakan pada 2020. (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung tetap melaksanakan lomba ogoh-ogoh tahun 2025, meskipun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali telah mengumumkan peniadaan lomba ogoh-ogoh tingkat provinsi. Bahkan, ada gebrakan baru dari Badung tahun ini, di mana 21 karya terbaik akan dipawaikan di areal Pusat Pemerintahan (Puspem) Kabupaten Badung.

Kepala Dinas Kebudayaan Badung I Gde Eka Sudarwitha, mengungkapkan bahwa penilaian ogoh-ogoh dilakukan secara berjenjang terhadap 594 karya ogoh-ogoh yang dibuat oleh sekaa teruna (ST) dan yowana di seluruh Badung. Dari proses seleksi tersebut, akan dipilih 21 karya terbaik yang nantinya akan dipamerkan dalam sebuah pawai khusus di Puspem Badung.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya kita hanya melombakan pembuatan ogoh-ogoh sampai jadi, maka tahun ini kami akan menggelar lomba terhadap 21 karya terbaik untuk diikutkan dalam festival atau pawai ogoh-ogoh Kabupaten Badung yang akan diselenggarakan di Puspem Badung,” ujar Sudarwitha pada Rabu (29/1).

Baca juga:  Bupati Giri Prasta Serahkan Dana Motivasi Ogoh-Ogoh tahun 2020

Pawai ogoh-ogoh di Puspem Badung direncanakan berlangsung selama dua hari, yakni pada 21-22 Maret 2025. Mengenai lokasi pawai, Sudarwitha mengatakan bahwa kemungkinan besar akan digelar di depan Balai Budaya Giri Nata Mandala. “Memang masih dalam tahap simulasi, tetapi rencananya seperti itu. Ada alternatif lain, misalnya di Pantai Kuta atau lokasi lain, namun untuk kali ini kelihatannya tetap di Puspem Badung,” jelas mantan Camat Petang ini.

Baca juga:  Bupati Jembrana Tolak Joged Porno Pentas di Jembrana

Lebih lanjut, Sudarwitha menjelaskan bahwa tujuan dari pawai ini adalah agar masyarakat dapat menikmati secara langsung keindahan dan detail ogoh-ogoh, termasuk atraksi yang menyertainya. “Jadi, kemeriahan ini kita tarik lebih awal. Dengan begitu, masyarakat bisa merasakan excitement sejak awal sebelum malam Pangerupukan. Setelah pawai di Puspem Badung, barulah ogoh-ogoh tersebut akan diarak kembali di masing-masing desa adat pada malam Pengerupukan,” tambahnya.

Terkait mekanisme pembuatan ogoh-ogoh, Sudarwitha menyebutkan bahwa aturan teknisnya masih dalam tahap penyusunan. Namun yang jelas, tema ogoh-ogoh harus tetap mengangkat personifikasi dewa-dewi serta raksasa atau kala, dengan bahan utama yang ramah lingkungan. “Pembuatan ogoh-ogoh harus dilakukan sendiri oleh peserta, tidak boleh membeli atau menggunakan ogoh-ogoh dari tahun sebelumnya,” tegasnya.

Baca juga:  Ini, Jumlah Ogoh-ogoh di Bangli yang Diarak saat Pangerupukan

Selain itu, Sudarwitha juga mengingatkan agar pawai ogoh-ogoh pada malam Pangerupukan dapat dikoordinasikan dengan baik oleh bendesa adat, perbekel, dan lurah. Hal ini bertujuan agar seluruh masyarakat dapat menikmati pawai dengan tertib dan nyaman.

“Kami akan memastikan bahwa pawai berlangsung sesuai aturan. Jika melewati batas waktu pukul 23.00 Wita, maka peserta akan didiskualifikasi dari penilaian. Bahkan, untuk tahun berikutnya bisa saja mereka tidak diperkenankan mengikuti lomba,” tandasnya.

Dengan tetap digelarnya lomba dan pawai ogoh-ogoh di Badung, diharapkan tradisi ini tetap lestari dan memberikan semangat bagi generasi muda untuk terus berkarya. (Parwata/balipost)

BAGIKAN