GIANYAR, BALIPOST.com – Contoh pengelolaan sampah, salah satunya dapat dilihat di Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal Ubud yang berhasil mengoperasikan rumah kompos dengan terus mengedukasi masyarakat dan pelaku usaha untuk memilah sampah dari sumbernya.
Manajer Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal, Kadek Jois Yana, Kamis (30/1) mengatakan Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal merupakan suatu usaha milik Desa Adat Padangtegal yang bergerak di bidang jasa pengangkutan sampah terpilah dan pengolahan sampah, khususnya pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Rumah Kompos sudah berdiri sejak 2012 dan sejak 2019 menempati bangunan TPST 3R di Area Central Parkir Monkey Forest. “Desa Adat terus mendorong masyarakat membiasakan diri menerapkan kebiasaan baru memilah sampah dari sumbernya dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” ucapnya.
Jois mengatakan Desa Adat Padangtegal memang sempat mendapatkan bantuan bangunan dan mesin/peralatan dari pemerintah pusat. Hanya saja untuk operasional rumah kompos sepenuhnya dibiayai oleh Desa Adat Padangtegal.
Kadek Jois memaparkan Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal juga memiliki program edukasi. Di samping dilengkapi fasilitas pengolahan sampah, rumah kompos juga memiliki wisata edukasi lingkungan milik Desa Adat Padangtegal.
Kegiatan edukasi bertujuan menjadikan Desa Adat Padangtegal desa yang bersih dan hijau sekaligus sebagai desa percontohan dalam hal menata lingkungan sehat, bersih dan terdepan dalam hal pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Rumah Kompos juga memberikan pelayanan pengangkutan sampah terpilah bagi seluruh warga Desa Adat Padangtegal dan unit-unit usaha yang berkomitmen untuk menjaga lingkungan.
Dipaparkannya, rumah kompos ini meminimalisasi pembuangan residu ke TPA Temesi dengan melakukan pengolahan sampah. Melalui program edukasi baik di ruang edukasi rumah kompos, ke sekolah dan ke masyarakat guna memberikan edukasi langsung yang berkelanjutan kepada masyarakat luas dalam upaya mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah dan menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan hijau.
Salah satu program terbaru Rumah Kompos Padangtegal yaitu “Tukar Non-organik Bisa Aerobik”. Program ini mengajak ibu-ibu PKK untuk senam aerobik dengan bayaran berupa sampah non-organik. Program ini akan dilaksanakan rutin setiap bulannya. Harapannya program ini dapat menjadi wadah untuk Rumah Kompos Padangtegal melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pengelolaan sampah yang bertanggung jawab khususnya kepada Ibu PKK di Desa Adat Padangtegal. “Selain itu, melalui program ini kita juga bisa sehat bersama dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan,” ucapnya.
Kadek Jois Yana menambahkan Rumah Kompos Padangtegal sejak tahun 2021 yaitu Bank Sampah. Setiap hari minggu di Rumah Kompos Padangtegal rutin dilaksanakan kegiatan Bank Sampah dimana masyarakat bisa datang untuk menyetorkan sampah non-organik yang sudah terpilah.
Bendesa Adat Padangtegal Ubud, I Made Parmita memaparkan sepanjang tahun ini Rumah Kompos mencoba untuk memberikan edukasi penanganan sampah ke warga dan usaha yang berada di Rumah Kompos.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku pemilahan sampah berbasis sumber dan mendukung program Gianyar Memilah. “Desa Adat Padangtegal dan Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya atas partisipasi warga dan pengusaha Desa Adat Padangtegal dalam pemilahan organik dan non-organik sejak tahun 2012,” tuturnya.
Made Parmita menekankan seiring dengan meningkatnya permasalahan sampah yang terjadi di Indonesia dan Bali secara khusus, seluruh komponen dan masyarakat perlu mengambil tindakan dan pengorbanan lebih agar kelestarian lingkungan Desa Adat Padangtegal dapat tetap terjaga. “Oleh karena itu, mari kembali menggalakkan pemilahan sampah berbasis sumber dan meningkatkan pemilahan kita menjadi organik, anorganik, dan residu sehingga proses pengolahan sampah dapat berjalan secara maksimal,” tegasnya. (Wirnaya/balipost)