BANGLI, BALIPOST.com – Gedung Pasar Loka Crana yang sejak beberapa tahun terakhir digunakan sebagai kantor sejumlah OPD di Kabupaten Bangli mengalami kerusakan. Plafon gedung tersebut bocor di sejumlah titik. Kebocoran semakin parah saat musim hujan seperti sekarang.
Berdasarkan pantauan, kerusakan plafon terlihat di beberapa titik di areal depan kantor. Plafon yang bocor nampak menghitam bahkan ada yang sudah jebol. Tak hanya rusak, kondisi gedung juga nampak kurang terawat. Gapura pintu masuk utama nampak berlumut dan ditumbuhi rumput liar.
Sekretaris Disperindag Bangli I Dewa Gede Anom Putra Sanjaya, dikonfirmasi, Jumat (31/1), tak menampik kerusakan yang terjadi pada plafon gedung tersebut. Dikatakan bahwa dinasnya yang bertanggung jawab atas gedung itu sedang merancang kebutuhan anggaran untuk perbaikan/pemeliharaan gedung itu. “Tim perencanaan sudah turun untuk mengecek kebutuhan anggaran perbaikan,” katanya.
Jika mendapat dukungan anggaran, perbaikan kemungkinan akan dilakukan pada APBD perubahan tahun ini.
Dikatakannya bahwa selama ini pihaknya belum pernah melakukan kegiatan perbaikan/ pemeliharaan terhadap gedung tersebut. Hanya dilakukan perawatan rutin kebersihan. Untuk menjaga kebersihan gedung itu pihaknya dibantu beberapa orang tenaga outsorcing.
Terkait kondisi gapura pintu masuk utama yang nampak berlumut dan ditumbuhi rumput liar, Dewa Anom mengaku akan segera memerintahkan tenaga kebersihan untuk membersihkannya. “Sebentar saya perintahkan petugas untuk membersihkannya,” pungkasnya.
Sebagaimana yang diketahui pada 2022 lalu, Pemkab Bangli melalui Dinas PUPRPerkim melakukan penataan dengan merombak deretan kios di sisi utara Pasar Loka Crana menjadi perkantoran. Saat ini perkantoran itu sudah ditempati empat OPD yakni Badan Keuangan, Pendapatan dan Aset Daerah (BKPAD), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) dan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida). Pemkab di tahun 2023 sempat berencana melakukan penataan lanjutan pada sisi selatan yang saat ini masih berupa kios. Namun batal karena ada rasionalisasi anggaran. (Dayu Swasrina/Balipost)