
DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali meminta masyarakat ekstra waspada terhadap potensi bencana pada sasih kawulu atau bulan kedelapan berdasarkan kalender Masehi. Sebab bulan ini merupakan musim hujan dan biasanya jatuh pada Februari.
Sekretaris BPBD Bali Gede Teja di Denpasar, Senin (10/2), mengatakan dampak hujan lebat disertai angin kencang sudah terasa sepekan terakhir ini.
“Warga Bali juga memahami ini karena masuk sasih kawulu, jadi memang harus ekstra waspada, ancamannya bisa berbentuk pohon tumbang, banjir dan longsor, bahkan banjir bandang,” katanya dikutip dari Kantor Berita Antara.
Terhitung sejak 3-9 Februari 2025, hujan lebat dan angin kencang telah mendatangkan 69 kejadian, menyebabkan empat orang meninggal dunia, enam orang luka-luka, dan kerugian Rp934 juta.
Ia menyebut pohon tumbang telah terjadi di 40 titik, di antaranya 12 titik di Karangasem, empat titik di Buleleng, 15 titik di Bangli, satu titik di Gianyar, tiga titik di Jembrana, satu titik di Tabanan, dua titik Badung, dan dua di Denpasar.
Sebanyak lima titik kejadian tembok jebol, yaitu tiga di Karangasem dan dua di Buleleng, atap rumah roboh di Jembrana, atap dapur di Jembrana, dan senderan jebol di Buleleng.
Tanah longsor di 19 titik, yaitu satu di Karangasem, 13 di Buleleng, dan lima di Bangli, satu titik banjir di Buleleng, dan kejadian lainnya di Jembrana.
“Jadi perlu waspada terhadap lingkungan sekitar, hindari pohon-pohon yang kemungkinan bisa tumbang, yang di area tebing, jurang, pegunungan agar waspada gerakan tanah dan tetap kelola sampah dengan baik,” ujar Teja.
BPBD Bali mengajak masyarakat menjaga kebersihan selokan dengan baik agar dapat mengalirkan air di tengah hujan lebat Februari.
“Saluran-saluran air si sekitar rumah dan lingkungan perumahan mohon dipastikan bersih, bila dalam keadaan darurat segera hubungi BPBD provinsi,” kata dia.
Pada sasih kawulu ini BPBD Bali siaga 24 jam, terutama untuk penanganan dampak, mereka membagi menjadi dua kelompok untuk penanganan di lapangan dan bersiaga di kantor.
“Yang di kantor sebagai pengendali, tim lapangan yang butuh bantuan sumber daya, kontak ke pengendali lalu pengendali melakukan koordinasi,” kata Teja. (kmb/balipost)