Salah satu klenteng di Kabupaten Jembrana, Klenteng Cung Ling Bio. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Momen perayaan Tahun Baru Imlek hingga Cap Go Meh (15 hari setelah Imlek), menjadi penguatan jati diri dan berbagi kasih dengan saling berkunjung antar warga warga tionghoa dan masyarakat sekitar.

Pada tahun ini, perayaan Cap Go Meh bertepatan dengan Hari Suci Pagerwesi yang dirayakan umat Hindu, Rabu (12/2). “Cap Go Meh kita rayakan berdoa bersama dengan keluarga untuk para leluhur dan Tuhan. Sekaligus menjadi momen kebersamaan,” ujar Fenny Andriani, Ketua Festival Imlek Kabupaten Jembrana.

Baca juga:  Festival Budaya Loloan Jaman Lame Digelar 2 Hari

Ia menjelaskan Cap Go Meh menjadi malam penutupan Imlek, tepat Purnama pertama dalam kalender Lunar. Di momen penghujung perayaan Imlek ini, warga Tionghoa biasanya menyajikan menu lontong Cap Go Meh.

Menu lontong dengan kuah spesial daging dan telur ayam. Fenny menyebutkan momen perayaan Imlek di Bali Barat tahun ini dimeriahkan Festival Imlek yang dipusatkan di Gedung Kesenian Ir Soekarno, Sabtu (15/2). Secara spontanitas, terbentuk panitia yang sebagian besar perempuan untuk merancang Festival tersebut.

Baca juga:  Ini, 12 Ogoh-ogoh yang Ramaikan Kesanga Festival 2024

Ditambahkan salah satu panitia, Lili Nuryany Cahaya, Festival Imlek ini sempat vakum beberapa tahun. Festival yang diselenggarakan selama sehari itu, menjadi momen kebersamaan, berbagi kasih dan kebahagiaan.

Selain menampilkan atraksi Barongsai, nuansa lampion juga parade Cheongsam (pakaian tradisional Tionghoa) serta kuliner khas Imlek dan Cap Go Meh. “Ini menjadi momen kami berkumpul, setelah perayaan Imlek dan Cap Go Meh dengan keluarga. Dan tentunya juga perayaan bersama dengan masyarakat Jembrana. Meskipun kami minoritas, eksistensi kami ada,” ujarnya. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Rekor Kasus Meninggal Harian di Bali Pecah Lagi!! Ini Riwayat Penyakitnya
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *