Suasana kuliah umum "Transformasi Wisatawan Muda: Masa Depan Pariwisata Bali" yang digelar Selasa (18/2). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali sebagai destinasi wisata dunia mengalami perubahan dalam pola perjalanan wisatawan seiring berkembangnya era digital. Bahkan, wisatawan khususnya yang berusia muda umumnya sangat bergantung pada teknologi dalam merencanakan perjalanan, sehingga sistem transportasi di Bali dituntut untuk beradaptasi, tidak hanya dalam menyediakan aksesibilitas, tetapi juga menciptakan ekosistem transportasi yang terintegrasi dan saling melengkapi. Demikian disampaikan Wakil Dekan Akademik dan Perencanaan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si., M.Si dalam kuliah umum “Transformasi Wisatawan Muda: Masa Depan Pariwisata Bali” yang digelar Selasa (18/2).

Menurut Sukma sejalan dengan perkembangan era digital, wisatawan muda kini semakin mengandalkan teknologi dalam menentukan pilihan perjalanan mereka. Dari pemesanan transportasi, eksplorasi destinasi, hingga preferensi akomodasi, hampir semua aspek perjalanan dilakukan secara digital.

“Wisatawan milenial atau gen Z memiliki karakter yang unik akibat kedekatan mereka dengan platform digital. Mereka berjiwa petualang dan cenderung mencari hal yang barundalam berwisata. Karena itu, pihak penyedia jasa layanan akomodasi, restoran, maupun
pemesanan transportasi harus mampu beradaptasi dengan gaya khas gen Z tersebut,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Baca juga:  Ini, Tips Bagi Nasabah Bank Agar Terhindar Skimming

Sementara itu, salah satu konsultan pariwisata, I Putu Gatot Adiprana, S.Par., M.Par mengatakan Generasi Milenial dan Generasi Z telah mengalami pergeseran signifikan. Tren ini tidak hanya mempengaruhi pola perjalanan wisatawan, tetapi juga menciptakan tantangan dan peluang baru dalam sistem transportasi di kawasan wisata seperti Bali. “Kolaborasi antara moda transportasi online, transportasi lokal, dan transportasi publik menjadi solusi strategis dalam merespons transformasi yang sedang berlangsung,” sebutnya.

Ditambahkan Head of Research and Community Service Centre of Bali Tourism Polytechnic, Dr. Putu Diah Sastri Pitanatri, S.ST.Par., M.Par., CHE, dalam konteks ini, transportasi online dan transportasi lokal bukanlah entitas yang saling bersaing, melainkan bagian dari ekosistem saling melengkapi.

Ia mengatakan, wisatawan memiliki kebutuhan yang berbeda, dan setiap moda transportasi memiliki perannya masing-masing. Artinya kedua jenis moda transportasi ini memiliki segmentasi pengguna yang berbeda. “Umumnya wisatawan yang mengutamakan kenyamanan dan efisiensi waktu lebih memilih transportasi online, sedangkan wisatawan yang mencari pengalaman lebih autentik atau ke area yang lebih spesifik cenderung menggunakan transportasi lokal. Integrasi antara keduanjenis transportasi ini dapat meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan bagi seluruh
segmen wisatawan.”

Baca juga:  Pengiriman "On-demand" Meningkat Saat PPKM, Ariel Noah Bagi Pengalaman Gunakan GoSend

Hal ini semakin diperjelas dengan preferensi wisatawan muda dari generasi milenial dan generasi Z yang lebih mengutamakan kemudahan serta efisiensi waktu dalam memilih moda transportasi mereka. “Hubungan antara digital nomad dan transportasi sangat erat karena mobilitas adalah bagian utama dari lifestyle mereka. Mengingat mobilitas digital nomad yang tergolong tinggi mengharuskan mereka mencari opsi moda transportasi yang tidak hanya user friendly tetapi juga cepat dan nyaman dengan berbagai macam pilihan,” ulas Retno Juwita Sari, S.S., M.Par, Kaprodi S1 Pariwisata IPB Internasional.

Salah satu perwakilan transportasi berbasis aplikasi yang dihadirkan dalam kuliah umum ini, Wisnu Dharma Narandika mengatakan dalam memastikan pengalaman perjalanan yang lebih lancar bagi wisatawan, kolaborasi antara berbagai moda transportasi menjadi aspek kunci dalam pengembangan mobilitas di Bali. “Kolaborasi moda transportasi adalah kunci menciptakan pengalaman perjalanan yang
memorable bagi wisatawan,” sebut Area Operations Manager Gojek Bali ini.

Baca juga:  35 Hotel Ini Jadi Karantina Wisman, Disebut Sudah Sesuai "Demand"

Dalam kuliah umum ini disimpulkan keselarasan antara berbagai jenis transportasi memungkinkan wisatawan menyesuaikan pilihan mereka sesuai kebutuhan perjalanan, baik untuk jarak pendek dalam kota, perjalanan ke destinasi wisata terpencil, maupun pengalaman transportasi yang lebih otentik. Dengan memahami segmentasi dan kebutuhan wisatawan yang beragam, diperlukan pendekatan yang lebih terintegrasi untuk meningkatkan aksesibilitas perjalanan wisatawan di Bali.

Di tengah pertumbuhan industri pariwisata, para pembicara berharap adaptasi terhadap perubahan preferensi wisatawan akan terus menjadi faktor kunci dalam membangun mobilitas yang lebih inklusif, efisien, dan selaras dengan perkembangan zaman. (kmb/balipost)

BAGIKAN