SINGARAJA, BALIPOST.com – Di Buleleng, seratusan sekolah belum memiliki ruang perpustakaan. Dari data yang berhasil dihimpun, sekolah yang belum memiliki perpustakaan itu adalah sekolah dasar.
Totalnya terdapat 127 sekolah dasar yang belum memiliki ruang perpustakaan dari 485 unit sekolah yang ada di Buleleng. Tidak ingin menghambat Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), sekolah bersangkutan terpaksa menyiapkan ruang perpustakaan seadanya.
Ruang perpustakaan itu dibuat dengan cara menyekat ruang guru dengan papan triplek. Sebagian ruang guru itu dijadikan perpustakaan sekolah sederhana.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Buleleng Gede Suyasa, mengakui masih banyak sekolah di daerahnya yang belum dilengkapi ruang perpustakaan representatif. Dia mengatakan, ruang perpustakaan dengan menyekat ruang guru atau ruang kelas tidak memenuhi syarat. Akan tetapi, karena upaya itu paling efektif, pihak sekolah bersangkutan diizinkan untuk membuat perpustakaan sementara tersebut. “Dari pengamatan kita memang perpustakaan dengan menyekat ruang guru atau ruang lain di sekolah itu sangat tidak memenuhi syarat. Tapi karena upaya ini yang bisa dilakukan untuk sementara,” katanya.
Menurut Suyasa, mengatasi permasalahan ini, pihaknya sudah memetakan sekolah-sekolah yang diprogramkan untuk mendapat bantuan pembangunan ruang perpustakaan. Sesuai hasil pendataan itu, Disdikpora memprogramkan anggaran pembangunan ruang perpustakaan sekolah setiap tahun.
Anggaran ini bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Dia mencontohkan, tahun ini saja beberapa sekolah mendapatkan anggaran DAK.
Sementara untuk dukungan lahan, birokrat asal Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula ini mengatakan, Disdikpora memprogramkan pemanfaatan lahan di areal sekolah yang sekarang dibangun mess guru. “Sekolah yang mendapat kucuran DAK untuk membangun ruang perpustakaan atau memanfaatkan lahan mess guru yang tidak difungsikan sampai sekarang ini,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)