
DENPASAR, BALIPOST.com – Kontes Ikan Maskoki Bali yang berlangsung di kawasan Lapangan Lumintang, Denpasar diikuti ratusan peserta. Tingginya antusiasme peserta ini menunjukkan makin potensialnya pengembangan Ikan Maskoki Bali.
Kontes yang digelar serangkaian DTIK Fest 2025 selama 3 hari, 26 Februari hingga 1 Maret ini, menurut Ketua Asosiasi Ikan Mas Koki Bali, I Putu Ricang Kusumajaya, diikuti ratusan peserta.
Keberadaan kontes semacam ini, dikatakan Rincang, bisa mengedukasi masyarakat dan para breeder untuk semakin semangat mengembangkan Ikan Maskoki Bali agar tetap lestari. “Tidak hanya di Bali, tetapi juga di tingkat nasional dan internasional,” ujar Ricang saat ditemui di Taman Kota Denpasar, Sabtu (1/3)
Lebih lanjut, ia mengungkapkan harapannya agar ikan maskoki Bali dapat semakin dikenal luas. “Dengan adanya hasil uji genetik dari Universitas Udayana, telah dipastikan bahwa Ikan Maskoki Bali memiliki keunikan tersendiri dibandingkan jenis ikan maskoki lainnya. Oleh karena itu, asosiasi berencana untuk membawa Ikan Maskoki Bali ke ajang nasional maupun internasional,” katanya.
Dalam kontes ini, penilaian dilakukan berdasarkan beberapa kategori, antara lain remaja solid, remaja kombinasi, dewasa solid, dewasa kombinasi, dan jumbo. Setiap ikan yang dikonteskan dinilai berdasarkan kesehatan, keserasian berenang, keseimbangan sirip dan ekor, serta anatomi tubuh yang ideal.
“Ikan yang bagus memiliki bentuk tubuh bulat seperti telur, sirip yang seimbang kanan dan kiri, serta mata yang simetris. Jika ada cacat pada mata atau bentuk tubuh, tentu akan berpengaruh pada penilaian,” jelas Ricang.
Tingginya antusiasme masyarakat terhadap kontes ini terlihat dari jumlah peserta yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun ini, panitia menargetkan 200 peserta, namun lima hari sebelum penutupan pendaftaran, kuota tersebut telah terpenuhi.
Bahkan, panitia mengalami kendala dalam penyediaan akuarium karena banyaknya peserta yang ingin berpartisipasi. “Melihat antusiasme yang luar biasa ini, ke depan kami berencana menambah jumlah akuarium agar lebih banyak peserta yang bisa ikut serta. Kami sangat bersyukur karena Wali Kota Denpasar (IGN Jaya Negara, red), juga sangat mendukung dan membantu pendanaan acara ini,” tambah Ricang.
Dengan tingginya minat masyarakat terhadap kontes ini, diharapkan semakin banyak breeder yang terdorong untuk mengembangkan ikan maskoki Bali. Selain sebagai ajang kompetisi, ia mengutarakan kontes ini juga menjadi motivasi bagi para breeder untuk meningkatkan kualitas ikan mereka.
“Ketika ikan mereka menang, mereka tidak hanya mendapat penghargaan berupa piala dan piagam, tetapi juga kebanggaan dan keuntungan sebagai breeder. Ini bisa menjadi daya tarik agar lebih banyak orang tertarik menekuni budidaya,” papar Ricang.
Bagi para peserta mengikuti kontes ini bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga sebagai ajang pembuktian kualitas ikan hasil budidaya mereka. Pegi Putra (26), salah satu peserta yang juga merupakan breeder Ikan Maskoki Bali, mengatakan ikut lomba ini untuk melihat sejauh mana kualitas ikan yang telah ia kembang biakkan.
“Persiapan sebelum lomba sebenarnya tidak jauh berbeda dari perawatan sehari-hari, hanya saja tiga hari sebelum lomba saya melakukan karantina agar ikan tetap sehat dan fit saat dilombakan,” ujar Pegi.
Tantangan terbesar dalam budidaya Ikan Maskoki Bali, menurutnya, adalah mencetak ikan yang sesuai dengan standar asosiasi. Dari ratusan anak ikan, hanya sekitar 10 persen yang memenuhi standar. Oleh karena itu, pemilihan indukan yang tepat menjadi faktor kunci dalam menghasilkan ikan berkualitas tinggi.
Hal senada disampaikan oleh Raditya Bayu (29), peserta lain yang mengikuti kontes karena kecintaannya terhadap Ikan Maskoki Bali. Ia menekankan pentingnya perawatan kualitas air serta pola makan ikan menjelang lomba.
“Tantangan terbesar bagi saya adalah menjaga stabilitas anatomi ikan agar tidak mengalami kerusakan. Untuk mengatasinya, saya melakukan karantina di media yang berdinding halus seperti ember, bak fiber, dan akuarium agar ikan tetap terjaga,” jelas Raditya. (Pande Paron/balipost)