Dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2025, Sekaa Teruna Teruni (STT) Pancakumara, Banjar Tatasan Kaja tengah, Denpasar mempersiapkan ogoh-ogoh bertema heroik bertajuk "I Kala Sunya". (BP/Wahyu Widya)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dalam menyambut Hari Raya Nyepi 2025, Sekaa Teruna Teruni (STT) Pancakumara, Banjar Tatasan Kaja tengah, Denpasar mempersiapkan ogoh-ogoh bertema heroik bertajuk “I Kala Sunya”.

Ketua Panitia Ogoh-ogoh STT Pancakumara, Mang Dedi, mengungkapkan tema ini diangkat dari kisah legendaris yang monumental dalam sejarah Pura Payogan Agung di Alas Jerem, yang kini dikenal sebagai Desa Ketewel.

Menurut Mang Dedi, kisah “I Kala Sunya” berkisah tentang upaya penetralisiran sifat bhuta yang mengancam masyarakat pada masa itu.

Dalam cerita tersebut, Sang Hyang Pasupati turun ke dunia untuk mengalahkan I Kala Sunya dengan bantuan para Dewata.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Melandai, Wagub Cok Ace Apresiasi Sinergi Penanganan

Kisah ini menggambarkan bagaimana keseimbangan dunia harus dijaga dengan menetralkan sifat-sifat negatif, sehingga selaras dengan konsep Jagat Kertih atau keharmonisan semesta.

“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa sifat bhuta yang ada di dunia ini harus dinetralisir agar mencapai keseimbangan. Hal ini menjadi pemantik bagi manusia untuk terus menyayangi dan menjaga alam beserta isinya,” ujar Mang Dedi Rabu (5/3).

Persiapan ogoh-ogoh ini telah dimulai sejak Januari 2025 dan saat ini telah mencapai sekitar 50% dari keseluruhan proses. Kendati demikian, ada tantangan yang dihadapi dalam pengerjaannya.

Baca juga:  PPKM Berlanjut, Luhut Sebut Ada 54 Kabupaten/Kota di Jawa-Bali Jalani Level 2

Salah satu kendala utama yang dirasakan adalah kurangnya kesadaran dan keterlibatan anggota STT dalam organisasi maupun dalam pembuatan ogoh-ogoh. “Menurut saya, sejauh apapun kita bergaul atau bekerja, banjar adalah circle terakhir kita dalam hidup. Oleh karena itu, partisipasi aktif dalam kegiatan adat dan budaya seperti ini sangat penting untuk menjaga warisan leluhur kita,” tambahnya.

Mang Dedi juga berharap agar esensi dari ogoh-ogoh tetap berada dalam koridornya. Bukan hanya mengejar kemenangan dalam aspek estetika wujud, tetapi juga memahami nilai, makna, dan filsafat yang terkandung di dalamnya. Hal ini selaras dengan fungsi utama ogoh-ogoh pada Hari Pangrupukan, yakni menetralkan sifat bhuta kala yang ada baik di Bhuana Agung (makrokosmos) maupun di Bhuana Alit (mikrokosmos).

Baca juga:  Ida Bhatara Luhur Batukau akan Mamargi Ngelawa, Ini Jadwalnya

“Semoga ke depannya, kita tidak hanya melihat ogoh-ogoh sebagai ajang kompetisi estetika, tetapi juga sebagai sarana edukasi spiritual dan pelestarian budaya,” pungkasnya.

Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, diharapkan pembuatan ogoh-ogoh “I Kala Sunya” dapat berjalan lancar dan menjadi inspirasi bagi generasi muda dalam melestarikan tradisi Nyepi dengan nilai-nilai yang sesungguhnya. (Wahyu Widya/balipost)

BAGIKAN