
JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah daerah (pemda) diminta untuk memperketat pengawasannya terhadap oknum-oknum yang melakukan pungutan liar (pungli) di sekitar area wisata selama libur Lebaran.
“Kepala daerahnya yang harus memiliki perhatian khusus terhadap masalah klasik dalam pergerakan pariwisata di masa libur Lebaran, karena itu masalah yang umum,” kata Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran, dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (6/3).
Yusran mengatakan, oknum-oknum yang melakukan pungli seringkali menyadari bahwa adanya kemacetan yang panjang akibat pergerakan masyarakat yang tinggi di destinasi wisata dapat dijadikan waktu untuk mencari uang karena kurangnya pengawasan dan aturan untuk menindak tegas pelaku.
Dikhawatirkan hal tersebut membuat kenyamanan wisatawan terganggu dan justru berdampak pada citra destinasi wisata dan daerah sekitar.
“Kemudian masalah parkir, parkir itu kan juga pengawasan. Sekali lagi pemerintah mempunyai aparat penegakan hukum untuk mengatur itu, punya satpol PP-nya, punya aparat kepolisiannya dan seterusnya,” ujar Yusran.
Menurut Yusran, pemda perlu mengerahkan seluruh personel keamanan yang ada agar wisatawan tetap nyaman berwisata.
Hal lain yang turut ia soroti yakni pemda perlu melakukan edukasi terkait masalah kebersihan dengan masyarakat, pengelola destinasi wisata maupun wisatawan yang datang.
Seringkali, katanya, lonjakan kedatangan wisatawan membuat sampah menumpuk. Wisatawan diperlihatkan pemandangan di mana masyarakat lokal membuang sampah sembarangan dari dalam mobil ataupun ketika menepi.
Sampah yang menumpuk itu juga tidak terkelola dengan baik, sehingga sulit bagi tempat sampah yang tersedia kosong kembali.
“Itu masih sangat-sangat minim, kita perhatikan itu kalau dalam bisnis,” katanya.
Yusran menekankan kini wisatawan cenderung peduli terhadap kebersihan dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, butuh kerja sama dari semua pihak terkait agar wisatawan yang memilih Indonesia sebagai destinasi perjalanannya dapat memberikan ulasan yang baik serta nyaman untuk berwisata.
“Hal-hal ini sebenarnya masalah klasik yang sebenarnya kalau kami perhatikan banyak sekali kasusnya yang kelihatannya selalu berulang setiap tahun,” ucap Yusran. (Kmb/Balipost)