
MANGUPURA, BALIPOST.com – Dalam perayaan Nyepi Tahun Caka 1947, Sekaa Teruna Teruni (STT) Banjar Dlodpasar, Desa Blahkiuh, menghadirkan ogoh-ogoh “Pertiwi Anggugat”. Tema ini diusung sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi lingkungan di Bali, yang semakin tergerus oleh pembangunan.
I Gede Sukarma Yasa, arsitek yang turut merancang ogoh-ogoh ini, menjelaskan “Pertiwi Anggugat” melambangkan peringatan dari Ibu Pertiwi atau Bumi. Ia ingin menyampaikan bahwa kondisi alam tidak lagi baik-baik saja.
“Inspirasi utama kami berasal dari kondisi lingkungan di Bali saat ini. Lahan hijau semakin berkurang, sawah, tebing, dan hutan tergantikan oleh bangunan, hotel, serta vila. Kami merasa prihatin dengan situasi ini, sehingga melalui karya ini, kami ingin menyuarakan pentingnya menjaga kelestarian alam,” ujar Gede Sukarma Yasa saat diwawancarai di Balai Banjar Dlodpasar, belum lama ini.
Ogoh-ogoh “Pertiwi Anggugat” tak hanya menyampaikan pesan lingkungan, tetapi juga hadir dengan konsep inovatif. Salah satu elemen unik yang ditampilkan adalah paludarium sebuah ekosistem mini yang menggabungkan elemen air dan daratan yang ditempatkan di dalam perut Dewi Pertiwi.
“Paludarium ini melambangkan siklus kehidupan alam. Kami ingin menunjukkan bahwa alam memiliki keseimbangan sendiri, dan jika keseimbangan ini terganggu, dampaknya bisa besar bagi kehidupan manusia,” tambahnya.
Selain itu, ogoh-ogoh ini juga menggunakan berbagai mesin untuk menghidupkan elemen-elemen pentingnya. Beberapa di antaranya adalah mesin penggerak kepala Dewi, elemen air dan tanah yang bergerak, serta mesin berputar pada bagian bumi dan Acintya.
Meski menghadapi beberapa kendala, terutama dalam mengaplikasikan paludarium ke dalam perut Dewi serta keterbatasan waktu akibat kesibukan anggota STT yang bekerja dan bersekolah, proses pengerjaan ogoh-ogoh ini telah rampung 100 persen.
Melalui karya ini, para pemuda di Br. Dlodpasar berharap bisa menginspirasi banyak pihak untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
“Kami ingin mengajak masyarakat, khususnya di Bali, untuk lebih memperhatikan kelestarian alam. Jangan sampai keindahan dan keseimbangan lingkungan yang kita miliki sekarang justru hilang karena keserakahan manusia,” tutupnya. (Pande Paron/balipost)