Personel Polsek Kutsel mengatur arus lalu lintas yang terganggu akibat patahnya tiang listrik di Jalan Goa Gong, Jimbaran pada Februari 2025 akibat cuaca ekstrem. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih terjadi di beberapa wilayah di Bali. Namun, beberapa wilayah lainnya akan segera memasuki musim peralihan dari hujan ke kemarau.

Kepala Stasiun Klimatologi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Aminudin Al Roniri, mengungkap bahwa musim hujan dinyatakan berakhir saat wilayah tersebut sudah memasuki musim kemarau, yang secara normal terjadi pada April. Meski demikian, potensi hujan ringan hingga sedang masih dapat terjadi, terutama di wilayah Bali bagian tengah dan utara.

Baca juga:  Rawan Terdampak Erupsi Gunung Agung, Banyuwangi Ikut Siaga

Aminudin mengatakan, awal musim kemarau di Bali diperkirakan mulai dari pertengahan hingga akhir Maret di Nusa Penida. Sementara, wilayah Bali bagian tengah diprediksi baru memasuki musim kemarau pada pertengahan Mei.

Dijelaskan bahwa secara umum awal musim kemarau tahun ini diprediksi akan berlangsung secara normal. Di mana pola peralihan musim menyerupai rata-rata 30 tahun terakhir. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang dipengaruhi fenomena El Nino yang mengakibatkan curah hujan lebih sedikit.

Baca juga:  Tambahan Kasus Harian COVID-19 Bali Hampir Capai 500, Ini Zona Merah Sumbang hingga 218 Orang

Sedangkan, tahun 2025 diprediksi netral tanpa pengaruh El Nino maupun La Nina.

Diungkapkan bahwa faktor utama penggerak iklim di Bali adalah angin munson. Saat ini angin baratan terpantau melemah seiring dengan mulai berhembusnya angin timuran, yang dampaknya beberapa wilayah masih mengalami hujan, dan wilayah lainnya sudah mulai berkurang hujannya.

Atas hal tersebut, Aminudin mengimbau masyarakat agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama musim peralihan. Seperti, hujan deras secara mendadak, angin kencang, dan petir. Hal ini terjadi karena atmosfer sedang dalam fase dinamis, sehingga pertumbuhan awan-awan konfektif sangat berpotensi terjadi pada musim peralihan.

Baca juga:  Cuaca Ekstrem, Penyeberangan Disarankan Pagi Hari

Masyarakat, khususnya petani, disarankan untuk memanfaatkan air irigasi secara optimal serta menyiapkan embung dan tampungan air guna menghadapi musim kemarau. “Masyarakat diharapkan selalu mencari informasi terkait peringatan dini cuaca ekstrem pada kanal-kanal informasi resmi milik BMKG,” imbaunya. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN