
DENPASAR, BALIPOST.com – Daya beli di sektor pariwisata khususnya di Bali saat ini tengah mengalami penurunan yang dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya, low season, kebijakan efesiensi hingga persaingan akomodasi pariwisata termasuk infrastruktur. Pariwista yang menjadi sektor unggulan dalam perekonomian Bali memberikan dampak pada sektor lainnya atau disebut multiplier effect. Tidak terkecuali Bank Perekonomian Rakyat (BPR) ikut terdampak.
Ketua Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) Bali, I Ketut Komplit saat diwawancarai, Selasa (18/3) mengatakan, pariwisata sebagai komoditas yang memiliki multiplier effect bagi semua sektor di Bali. Hal ini juga akan berdampak pada pertumbuhan bisnis BPR dan BPRS. Terutama pada penyaluran kredit.
Komplit mengatakan hingga akhir tahun 2024, penyaluran kredit BPR/BPRS di Bali sebesar Rp13,1 triliun. Angka tersebut tumbuh melambat atau lebih rendah dari penghimpunan dana. Sementara dana yang berhasil dihimpun sampai Rp16,8 triliun. “Kinerja Industri BPR dan BPRS di Bali menunjukan hal yang positif terkait kepercayaan masyarakat. Hal ini diindikasikan melalui pertumbuhan dana masyarakat,” katanya.
Demikian untuk aset BPR juga bertumbuh sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan dana yakni 3,8 persen atau mencapai menjadi Rp21,5 triliun. “Loan deposit Ratio atau LDR BPR itu sebesar 77,7 persen. Namun demikian secara kualitas BPR dan BPRS masih memiliki tantangan terutama rasio NPL sedangkan secara permodalan masih baik,” terangnya.
Ke depan pihaknya berharap seiring bertumbuhnya kunjungan wisatawan ke Bali, dapat mendorong pertumbuhan bisnis BPR /BPRS. Walau demikian, BPR lebih selektif dalam penyaluran kredit dan lebih aktif dalam mencari peluang-peluang baru di luar sektor pariwisata.
Sementara itu pemerhati perbankan, Nyoman Sender menilai memasuki dua bulan pertama tahun 2025 ini, aktivitas perbankan baru start, persis kayak mobil yaitu baru pemanasan.
Sender yang juga Komut BPR Penebel, Selasa (18/3), berbicara kinerja perbankan triwulan I/2025 untuk saat ini masih terlalu prematur mengingat Maret belum ditutup, yakni masih dua minggu lagi.
Namun berbicara kinerja perbankan dalam hal ini BPR di awal tahun, Nyoman Sender menilai kinerja BPR BPR di Bali sepertinya kondisi mix. Dalam arti ada yang over likuid (dananya lebih banyak dari kreditnya), sebagian ada kreditnya agak kenceng tapi dana pihak ketiga (DPK) agak kedodoran.
Ditambah Maret 2025 ini bersamaan dengan hari raya Nyepi dan Lebaran, sehingga ada kekhawatiran pertumbuhan perbankan terutama BPR di Bali akan sedikit melamban di triwulan I/2025 ini
“Kinerja yang agak lamban pada triwulan pertama setiap tahun merupakan hal wajar mengingat polanya hampir sama setiap awal tahun yakni belum bisa ngegas,” ungkapnya. (Widiastuti/Suardika/bisnisbali)