SINGARAJA, BALIPOST.com – Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) di Buleleng telah berjalan dengan dengan lancar dan tertib. Meski demikian, pelaksanaan USBN di Bali Utara mendapat perhatian serius Dewan Pendidikan (DP) Buleleng.
Sebab, dari hasil pemantauan melalui pengambilan sampel di sejumlah sekolah, ditemukan ketidakseragaman pensil. Tak adanya standarisasi pensil ini dikhawatirkan membuat lembar jawaban siswa tidak bisa dibaca komputer dan akan merugikan siswa itu sendiri.
Ketua DP Buleleng Drs. Gusti Ngurah Agung didampingi anggotanya Ketut Wiratmaja, SH, Senin (7/5) mengatakan, saat USBN digelar pihaknya memantau di beberapa sekolah. Dalam tiga hari pemantauan, belum ada standarisasi pensil.
Ia mencontohkan di satu sekolah, siswanya menggunakan pensil berstandar. Sebaliknya di sekolah lain, anak-anak menggunakan pensil yang tidak standar. Tidak itu saja, pihaknya juga menemukan pihak sekolah membeli pensil kemudian dibagikan kepada anak-anak peserta ujian. “Secara umum pelaksanaan memang berjalan dengan baik. Tapi dari sampel pemantauan yang kami lakukan itu pensil tidak seragam. Sekolah juga ada yang membeli sendiri dan kemudian dibagikan kepada anak-anak peserta ujian,” katanya.
Menurut Ngurah Agung, pemakaian pensil yang tidak seragam ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah yang merugikan siswa itu sendiri. Dia mencontohkan, lembar jawaban siswa yang ditulis dengan pensil tidak standar, bisa saja tidak bisa dibaca oleh komputer. Menghindari hal ini, Ngurah Agung mengusulkan agar panitia USBN di kabupaten segara memastikan hal ini ke Dinas Pendidikan Pemuda Olahraga (Disdikpora) Provinsi Bali.
Jika memang pemakaian pensil yang tidak seragam itu menimbukan persoalan, diharapkan segara diambil langkah terbaik. Selain itu, Ngurah Agung menyarankan agar persoalan serupa tidak terulang, tahun ajaran berikutnya pemerintah perlu menyiapkan pensil untuk USBN. “Bisa saja saat lembar jawaban anak-anak di-scan tidak terbaca karena pengaruh pensil yang tidak seragam atau standar. Kami usulkan masalah ini dikoordinasikan ke Disdikpora Bali. Kalau terjadi masalah, bisa diambil upaya terbaik,” jelasnya.
Dikonfirmasi, Kepala Disdikpora Buleleng Gede Suyasa mengatakan, temuan pemakaian pensil yang tidak seragam itu sudah dikoordinasikan. Hasil sementara, lembar jawaban yang ditulis dengan pensil tidak standar itu tetap bisa terbaca oleh sistem aplikasi komputer.
Terkait usulan untuk menyeragamkan pensil dan memastikan standar untuk USBN, Suyasa mengaku setuju. Untuk itu, ke depan pihaknya akan mengomunikasikan hal ini dengan instansi terkait, termasuk mengusulkan anggaran untuk pengadaan pensil atau peralatan lain penunjang USBN setiap tahun. (Mudiarta/balipost)