
GIANYAR, BALIPOST.com – Puncak Karya Mamungkah, Nyatur, Mupuk Padagingan, Mapadudusan Alit ring Merajan Ageng Pratisentana Sri Nararya Kresna Kepakisan (PSNKK), Banjar Panglan, Desa Pejeng, Kabupaten Gianyar, akan berlangsung pada Buda Umanis Julungwangi atau Rabu, 9 April 2025. Pangempon telah melaksanakan persiapan sekaligus serangkaian ritual jelang puncak karya.
Pada Minggu (6/4), dilangsungkan tiga upacara penting yakni macaru panca kelud, macaru rsi gana, dan malaspas palinggih mapadagingan. Macaru panca kelud dipuput oleh Ida Rsi Bujangga Waisnawa dari Griya Angkling, Desa Bakbakan, Kecamatan Gianyar. Sementara, macaru rsi gana, dan malaspas palinggih mapadagingan dipuput oleh Ida Pedanda Gede Buruan Manuaba dari Griya Gede, Pejeng.
Semua rangkaian upacara kemarin berlangsung lancar dan khidmat. Seluruh krama pangempon menyambut antusias dan bersemangat ngayah demi menyukseskan karya.
Kelian Pangempon Merajan Ageng Prati Sentana Sri Nararya Kresna Kepakisan, Banjar Panglan, I Wayan Suasta menjelaskan, puncak karya nanti bertepatan dengan pujawali atau piodalan di Merajan Ageng Prati Sentana Si Nararya Kresna Kepakisan, Banjar Panglan. Puncak karya akan dipuput Ida Pedanda Gede Buruan Manuaba.
Menurut Suasta, rangkaian karya mamungkah, nyatur, mupuk pedagingan, dan mapadudusan alit ini berlangsung sejak 24 Februari lalu dengan ditandai pembuatan sanganan suci dan metanding. Meski demikian, rangkaian persiapan lainnya telah dilakukan pangempon sejak jauh-jauh hari sebelumnya. “Rangkaian upacara lainnya dari karya ini diantaranya nanceb taring, nuasen karya, macaru brumbun, nyangling, nunas pakuluh di sejumlah pura, makarya ulam banten, hingga tirta yatra. Khusus upacara panyineban akan digelar pada 12 April 2025,” katanya.
Lebih lanjut Suasta menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya atas kekompakan sekaligus semangat krama pangempon dalam mempersiapkan upakara dan melaksanakan upacara. Diharapkan, solidaritas dan persatuan pasemetonan terus terjaga sebagai salah satu bagian dari wujud bakti ke hadapan Ida Batara/Batari yang berstana di merajan ageng. Adapun dana yang dianggarkan untuk karya ini mencapai Rp170 juta. Dana sebagian besar berasal dari urunan krama pangempon ditambah hasil bazar serta dana punia.
Pihaknya juga berharap, melalui karya ini akan terwujud kesucian dan keseimbangan alam semesta, serta menjaga hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam. “Selain tentunya sebagai wujud rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi atas limpahan karunia-Nya, melalui upacara ini, kami juga memohon pembersihan, baik secara fisik maupun spiritual,” ujarnya. (Dedy/balipost)