
DENPASAR, BALIPOST.com – Memasuki hari ke -6 setelah Idul Fitri, kondisi pasar Kreneng masih sepi. Hal itu karena para pedagang, khususnya pedagang beragama Islam yang cukup banyak jumlahnya belum berjualan, seperti hari normal.
Kepala Pasar Kreneng, I Gusti Ngurah Arya Kusuma, Senin (7/4), mengatakan, H+6 hari ini kondisi pasar masih sepi. Ini terlihat dari jumlah pedagang dan jumlah pengunjung.
Pasar yang buka pagi juga cukup banyak diisi pedagang dari luar Bali, terutama yang beragama Islam. Sehingga, ketika hari raya Idul Fitri tiba, maka keadaan pasar menjadi lesu, termasuk pendapatan pasar anjlok 25-30 persen. Bahkan, penurunan kondisi pasar sudah terjadi sejak 28 Maret sejak berbarengan dengan hari Raya Nyepi, namun sempat menggeliat 1 hari saja.
“Mereka (pedagang yang merayakan Idul Fitri) banyak berjualan bahan makanan seperti tahu, tempe, juga ada berjualan batu akik, dan perlengkapan dapur. Bahkan pedagang kami yang di lantai 3 (pasar loak), yang didominasi oleh warga Madura, sebagian besar belum balik sehingga masih sepi,” ungkapnya.
Menurutnya, keberadaan pedagang beragama Islam berpengaruh besar terhadap ekonomi pasar, terutama Pasar Kreneng dengan mengacu pada pedagang di pelataran pasar. Ia memprediksi kondisi normal terjadi baru terjadi pada H+8 Idul Fitri.
Kepala Unit Pasar Asoka, Ni Luh Gede Ayu Sari, Senin (7/4), mengatakan, pedagang beragama Islam memang mendominasi pasar Asoka. Maka, dalam kondisi libur Lebaran ini, pasar menjadi sepi. Bahkan para pedagang tersebut sudah mulai mudik, per tanggal 26 Maret.
“Sekarang kondisinya belum seperti biasa, banyak yang mudik dan belum berjualan. Sekarang baru 60 persen yang jualan. Karena memang Idul Fitri selalu seperti ini setiap tahunnya, karena mereka biasanya pulang kampung selama 1-2 minggu,” ujarnya.
Adapun total pedagang Asoka 229, 108 pedagang, diantaranta beragama Hindu, sisanya beragama Islam. Dengan melihat jumlah tersebut, menurutnya, peran pedagang beragama Islam cukup besar. “Mereka ada yang dari Pulau Jawa, Madura sehingga hari – hari libur ini pasar sepi,” ujarnya.
Pedagang dari luar Bali khususnya yang beragama Islam, perannya besar terhadap kehidupan pasar mala. “Mereka lebih berpengaruh karena jumlahnya banyak dan mereka berjualan aneka barang seperti aksesoris, pakaian, makanan dan semangat mereka berjualan sangat tinggi,” ungkapnya. (Citta Maya/Balipost)