Gong Kebyar Legendaris Tutup Malam Apresiasi Seni HUT ke-421 Kota Singaraja. (BP/Yud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Puncak malam apresiasi seni dalam rangka HUT ke-421 Kota Singaraja, ditutup meriah oleh penampilan Gong Kebyar Legendaris di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Selasa malam (8/4).

Dua sekaa gong ternama, yakni Sekaa Gong Eka Wakya, dan Sekaa Gong Giri Kusuma, tampil memukau penonton dengan sajian tabuh dan tari klasik.

Gede Arya Septiawan, selaku Sekretaris Sekaa Gong Eka Wakya Banjar Paketan, menyampaikan bahwa hari ini akan membawakan dua materi seni unggulan dalam rangkaian perayaan HUT Kota Singaraja. Karya yang akan ditampilkan yaitu Tabuh Kreasi Dwikora dan Tari Gelatik.Kedua materi ini bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan juga membawa pesan sejarah dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para seniman terdahulu.

Baca juga:  Karena Ini, Prediksi Peningkatan Wisatawan di Libur Akhir Tahun Bisa Meleset

Tabuh ini menggambarkan semangat perjuangan, dan semangat rakyat Indonesia pada masa itu. Berlatar pada peristiwa 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Dan, pada tanggal 3 Mei 1964 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Pada tahun tersebut untuk membangkitkan semangat nasionalis dalam peristiwa tersebut Mayor (Purn) TNI AD I Gusti Agung Made Kertha (Mayor Kertha) kembali menata tabuh gegenderan dengan mengaransemen serta merekontruksi kembali dan diberi judul Tabuh Kreasi Dwikora yang dipentaskan pada tahun 1964 di Istana Tampak Siring, Bali.

Sementara itu, Tari Gelatik yang lahir pada tahun 1987 merupakan bentuk kampanye pelestarian lingkungan. “Waktu itu burung gelatik mulai langka akibat eksploitasi berlebihan. Maka diciptakanlah tari ini sebagai bentuk ajakan untuk mencintai alam dan menjaga satwa, salah satunya burung gelatik,” tambahnya.

Baca juga:  Gubernur Apresiasi Kinerja Penanganan Covid-19 Jembrana

Disisi lain, Putu Sudiarsa, selaku koordinator Sekaa Gong Giri Kusuma, menyampaikan bahwa hari ini akan digelar pementasan seni yang menampilkan dua karya khas dari Bontihing, yaitu Tari Kekelik dan Tabuh Pudak Sumekar.

Tabuh Kreasi ini diciptakan pada tahun 1966 oleh Bapak Made Keranca, bersama Sekaa Gong Giri Kusuma Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Hal ini terlihat pada garapan tabuh yang terinspirasi oleh bunga pudak yang sedang mekar pada tumbuhan pandan, berwarna putih dan sangat harum. Bunga pudak ini hidup di sekitar Kayoan (pemandian) dan di dekat Pura Beji di Desa Bontihing, Kabupaten Buleleng.

Baca juga:  Para Pemilik Lapangan Golf Indonesia Apresiasi Kemenpar

“Bunga yang harum, air yang sejuk serta suara burung yang merdu mengiringi bunga pudak yang bermekaran menginspirasi terciptanya karya ini,” ujarnya.

Sementara Tari Kekelik sendiri memiliki makna filosofis yang dalam. Tarian ini menggambarkan seekor burung besar bernama Kekelik yang angkuh dan semena-mena. Burung-burung kecil yang kerap diganggu olehnya akhirnya bersatu dan menghimpun kekuatan untuk mengalahkan sang burung besar.

“Filosofinya, kalau kita bersatu, rintangan apapun bisa kita lewati bersama. Ini selaras dengan misi kami bahwa kebersamaan adalah kekuatan utama,” jelasnya. (Yudha/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *