Ketua Komunitas Malu Dong periode 2024–2026, Made Agus Jaya Wardana. (BP/Andin Lyra)

DENPASAR, BALIPOST.com – Persoalan sampah bukan lagi sekadar isu, tapi kenyataan yang harus dihadapi. Karena itu, perlu kolaborasi dan semangat bersama untuk menyelesaikannya. Demikian disampaikan Ketua Komunitas Malu Dong periode 2024–2026, Made Agus Jaya Wardana.

Ia mengusung misi menciptakan generasi muda yang peduli lingkungan serta mendorong penyelesaian persoalan sampah dari sumbernya.

Agus mengaku awal mula dirinya bergabung dengan komunitas ini karena kepeduliannya pada lingkungan sejak di rumah. “Dari logonya sudah menangis sedih dan juga katanya Maludong itu bukan yang melarang, bukan juga minta tolong tapi membuat hati tergugah gitu loh,” ujarnya saat ditemui usai pelantikan di Gedung Dharma Negara Alaya, Kamis (17/4).

Ketika masih menjadi mahasiswa pada 2022, ia mengikuti kegiatan perdana Malu Dong saat HUT ke-13 komunitas tersebut. Sejak itu, ia aktif dan akhirnya dipercaya memimpin komunitas yang terkenal getol mengedukasi masyarakat soal pengelolaan sampah.

Baca juga:  Badung Berlakukan Kenaikan Tarif Objek Wisata

Komunitas ini disebutnya juga tetap berkomitmen pada visinya, yakni “Bali Bersih dari Sampah”. Namun, Agus mengakui bahwa tujuan itu belum sepenuhnya tercapai.

Dalam HUT ke-16, komunitas ini mengusung tema Nyampaht Bali, yang berakar pada filosofi Bali: Eda ngaden awak bisa – satu orang tidak cukup, perlu gotong royong.

Ke depannya, komunitas akan memperluas program Teba Modern ke wilayah kabupaten di luar Kota Denpasar. Selain itu, akan dibuat program satu desa binaan sebagai model penanganan sampah dari sumbernya. “Ada sampah yang memang hanya bisa diselesaikan jika ditangani bersama dalam satu wadah desa,” terang Agus.

Meski fasilitas dan regulasi sudah ada, Agus menyoroti masih lemahnya aspek edukasi dan pemrosesan akhir. “Banyak yang sudah memilah sampah, tapi kalau tidak diproses sampai akhir, ya belum selesai. Ini yang perlu ditekankan,” ucapnya.

Baca juga:  Survei Elektabilitas Paslon di Pilgub Bali 2018 Versi SMRC, Ini Hasilnya

Ia menambahkan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting. Komunitas Maludong aktif menggandeng seniman, sekolah, kampus, hingga terlibat dalam event dan ruang-ruang diskusi bersama pemerintah.

Agus mengajak generasi muda untuk tidak apatis terhadap isu lingkungan. “Mulai dari diri sendiri. Selesaikan persoalan sampah dari rumah, dan jadi pahlawan untuk lingkungan terdekat. Dari situ kita bisa memberi dampak lebih luas,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Malu Dong periode 2021-2023, I Gusti Ngurah Agung Andy Prajamukti mengatakan komunitas ini menjadi tonggak penting dalam evolusi gerakan lingkungan di Bali. Bermula dari kampanye sederhana “Malu Dong Buang Sampah Sembarangan”, gerakan ini tumbuh menjadi aksi nyata dan kolaboratif di berbagai wilayah.

Baca juga:  Guratan Menyerupai Sisik Naga di Pura Dalem Padangan, Pupuan

“Awalnya gerakan kami berfokus pada kampanye, malu dong buang sampah sembarangan. Bersama sahabatnya dan seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi aksi nyata,” ungkap Agung.

Salah satu program unggulan di bawah kepemimpinannya adalah kegiatan clean-up pantai mingguan, yang dilakukan setiap minggu pukul 17.00 WITA secara konsisten selama bertahun-tahun.

Tak hanya itu, untuk memperingati Hari Bumi digelar Malu Dong Festival bertema “Bersama Kita Bisa: Segara Gunung Bersih, Bali Bersih.”

Pada tahun 2019, komunitas juga menggagas program Ketog Semprong: Ngedasin Besakih bertema “Bakti Ring Pertiwi.” Gerakan ini menandai pergeseran dari hanya sekadar aksi bersih-bersih menjadi gerakan yang menyentuh ranah spiritual dan budaya.

“Kami menyadari bahwa kegiatan aksi clean up tidaklah akan cukup, perlu solusi nyata, dan kami memutuskan untuk mengedukasi secara langsung,” kata Agung. (Andin Lyra/balipost)

BAGIKAN