
Oleh Ni Made Ratminingsih
Berita terkini yang cukup mengejutkan khalayak Indonesia, khususnya Bali, adalah adanya tiga ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Singaraja, yang dilaporkan tidak bisa membaca. Informasi yang viral ini menyulut berbagai kontroversi di tengah masyarakat. Ada oknum pejabat terkait seolah terkejut dan menyesalkan kenapa baru sekarang diungkapkan.
Yang paling membuat miris adalah di tengah kemajuan teknologi digital dan Artificial Intellingence (AI) yang masif, bagaimana mungkin anak-anak gen Z dan Alpha, yang sudah sangat melek dengan teknologi tidak mampu membaca dan menulis? Sementara pemerintah sendiri sedang menggalakkan program literasi dan numerasi dalam satu dekade terakhir ini. Apa yang salah?
Literasi secara sederhana dapat dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini merupakan kemampuan dasar dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Hasil penelitian membuktikan bahwa seseorang yang tidak memiliki kemampuan literasi yang memadai akan berdampak pada keberhasilannya dalam belajar maupun kesuksesannya dalam kehidupan kelak.
Hasil tes Program for International Student Assessment (PISA) yaitu sebuah program asesmen internasional tahun 2022 menempatkan siswa Indonesia pada posisi ke-69 dari 81 negara dengan skor 358,57 yang menurun dibandingkan skor tahun 2018 yaitu 370,97. Pemerolehan skor tersebut terkategori di bawah level 2 (minimal 407) yang artinya masih belum mencapai kemampuan minimum dalam membaca.
Berbagai pihak tampaknya akan saling menyalahkan daripada mencari solusi terhadap permasalahan. Orangtua yang sudah mengirimkan anak-anaknya ke sekolah memiliki ekspektasi yang besar terhadap sekolah untuk membantu mereka dalam mengembangkan literasi dan membantu meningkatkan keterampilan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dengan fakta-fakta di atas, tampaknya orangtua dan masyarakat akan mengecam pihak sekolah yang dianggap lalai dalam tugasnya. Memang pihak sekolah dan guru sering dijadikan ‘kambing hitam’ seolah semua kesalahan disebabkan pihak sekolah.
Belajar dari filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara, Tri Pusat Pendidikan yang pertama dan utama terletak pada keluarga. Orangtua adalah sumber belajar utama bagi anak-anak. Orangtua perlu memberikan perhatian minimal 15 sampai dengan 30 menit untuk membersamai mereka membaca misalnya pada waktu senggang di sore atau malam hari. Orangtua bisa membantu membaca buku pelajaran atau bacaan apa saja, yang dapat membantu pemahaman atau memecahkan kesulitan membaca.
Sekolah memang menjadi tempat andalan untuk belajar, karena di sekolah ada para guru profesional yang memiliki keahlian sesuai bidang studinya. Kemampuan membaca yang menjadi fondasi ini sesungguhnya sudah terbentuk sejak di sekolah dasar (SD). Yang menjadi masalah mengapa anak-anak yang belum bisa membaca ini bisa lulus dari SD? Berarti ada sesuatu disini. Seolah ada ketakutan dari pihak sekolah tidak menaikkan kelas atau tidak meluluskan anak-anak yang memang masih belum memenuhi standar kenaikan atau kelulusan. Para pembuat kebijakan pendidikan mestinya juga memberikan kewenangan kepada pihak guru dan sekolah bila memang sudah seharusnya memberikan keputusan tidak naik kelas atau tidak lulus, karena hal ini akan berdampak sistemik pada jenjang berikutnya.
Masyarakat adalah tempat anak-anak hidup dan belajar di samping keluarga. Masyarakat hendaknya juga turut andil dalam ikut serta memberikan pelajaran tambahan, seperti membuat rumah belajar atau perpustakaan desa. Desa sekarang ini dapat dana besar dari pemerintah, jadi sudah semestinya berpartisipasi dalam pendidikan bukan hanya fokus pada pembangunan infrastruktur.
Yang terpenting dari semuanya adalah motivasi dari anak itu sendiri. Dorongan dan semangat yang kuat untuk mengembangkan dirinya harus dipacu. Baik guru dan orangtua dapat membantu menggunakan lingkungan belajar yang menyenangkan yakni menghadirkan bantuan teknologi digital dan AI karena sesungguhnya anak-anak gen Z dan Alpha mestinya jauh lebih berhasil dalam belajarnya dengan bantuan teknologi.
Penulis, Dosen Undiksha Singaraja