
JAKARTA, BALIPOST.com – Terkait kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Menteri Sekretaris Negara yang juga Juru Bicara Presiden RI Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa pemerintah terus melakukan koordinasi intensif.
“(Koordinasi) sangat intens, khusus terutama masalah tarif dunia. Kebijakan tarif dari Amerika,” ujar Prasetyo di Wisma Negara, Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (21/4).
Prasetyo mengatakan, tim pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Kepala Badan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu, serta perwakilan dari Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan secara rutin berkoordinasi untuk mengantisipasi dan memperbarui hasil dari negosiasi yang dilakukan.
Dia menambahkan bahwa kebijakan tarif Amerika Serikat telah mendorong pemerintah untuk melakukan perbaikan, baik dari sisi regulasi maupun penguatan industri dalam negeri.
Selain itu, pemerintah aktif mencari pasar-pasar alternatif di luar Amerika Serikat untuk mengurangi ketergantungan ekspor.
“Bahwa kemudian ada hal-hal yang perlu harus kita benahi baik dari sisi regulasi, kemudian dari sisi industri-industri kita, termasuk mencari pasar-pasar baru, bukan hanya Amerika. Maka kemudian segala sesuatu terus menerus secara intensif kita diskusikan,” kata Prasetyo.
Delegasi Indonesia yang diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto telah menemui United States Secretary of Commerce atau Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada Minggu (20/4), untuk menyampaikan proposal negosiasi tarif.
Indonesia menyampaikan penawaran konkret untuk meningkatkan pembelian dan impor Indonesia dari AS demi menyeimbangkan defisit perdagangan AS, di antaranya pembelian produk energi (crude oil, LPG, dan gasoline).
Selain itu, juga peningkatan impor produk pertanian dari AS (soybeans, soybeans meal, dan wheat), yang memang sangat dibutuhkan dan tidak diproduksi di Indonesia.
Secretary Lutnick mengapresiasi komitmen dan proposal konkret itu, dan menilai penawaran dan permintaan Indonesia sangat konkret dan saling menguntungkan bagi kedua negara.
Adapun setelah pertemuan di tingkat menteri antara delegasi Indonesia dengan pihak United States Trade Representative (USTR) yang langsung dipimpin Ambassador Jamieson Greer pada Kamis (17/04), selanjutnya pada Minggu (20/04) di dilaksanakan pertemuan teknis antara tim teknis Indonesia dengan tim dari pihak USTR.
Indonesia mengharapkan format, mekanisme dan jadwal negosiasi dapat disepakati dalam waktu 60 hari, di mana tenggat waktu itu adalah penyelesaian pembahasan isu untuk disepakati, sehingga masih terdapat waktu 30 hari dari total 90 hari penundaan (pause) untuk implementasi kesepakatan. (Kmb/Balipost)