DENPASAR, BALIPOST.com – Hari Raya Galungan dan Kuningan identik dengan kesemarakan. Namun di tengah kebutuhan pokok serba naik termasuk keperluan upacara naik 100 persen.
Krama Hindu di Bali mestinya menyikapi secara cerdas dengan hemat berupacara.
Hal itu terungkap dalam Dialog Merah Putih di Warung Bali Coffee, Jalan Veteran 63 Denpasar, Senin (21/4).
Ketua LBH Apik Bali, Ni Luh Putu Nilawati mengungkapkan sebagian wanita Hindu Bali masih gengsi berupacara dan berhari raya.
Padahal kita harus cerdas berupacara di tengah inflasi.
Dia melihat umat Hindu masih mengutamakan kesemarakkan daripada tattwa yakni berupacara dijalani dengan tulus ikhlas.
Pengamat sosial dan budaya Bali, Ida Bagus Anom, membenarkan perubahan tak bisa dibendung, namun semua dilandasi dari pikiran agar beryadnya jangan justru jadi beban.
Namun Ida Bagus Anom menekankan beryadnya sekalipun irit, tak dibolehkan asal selesai. Di Dewa Tattwa dijelaskan semua banten dan upacara agar sesuai dengan sastra agama, bukan sekadar selesai. Jika dilakukan asal-asalan karena tak ada gunanya.
Paruman Walaka PHDI Bali yang juga akademisi STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja, I Ketut Wartayasa mengungkapkan beragama Hindu dilandasi rasa bakti dan pelaksanaanya sangat fleksibel.
Ketiga nara sumber setuju pemerintah perlu membantu krama dan desa adat agar krama Bali bisa mandiri dalam berupacara. (Sueca/balipost)