
TABANAN, BALIPOST.com – Di tengah era globalisasi yang serba cepat dan banyak tuntutan, umat Hindu di Bali masih mempertahankan tradisi ngelawar, sehari sebelum perayaan Galungan.
Kegiatan memasak bersama keluarga yang digelar saat Penampahan Galungan itu menjadi momen penting bagi umat Hindu di Bali untuk berkumpul, memasak, dan mempersiapkan sajian khas untuk persembahan maupun konsumsi keluarga.
Beberapa generasi muda Bali yang ditemui Selasa (22/4) menyatakan mereka masih aktif melestarikan tradisi ini bersama keluarga dan kerabat.
Menurut Komang Agung Danutirta (19), warga Desa Tua, Tabanan tradisi ngelawar bersama kerabat terdekat rutin digelar saat Penampahan Galungan. “Iya, bersama kerabat terdekat. Menu makanan yang dibuat ialah urutan babi, be genyol, ikan gurami nyat nyat, lawar cumi-cumi, dan ikan panggang,” ujar Agung.
Agung menyiapkan anggaran sekitar Rp200.000 untuk membeli bahan-bahan seperti daging babi, ikan, serta bumbu-bumbu khas Bali.
Senada disampaikan Ni Nyoman Desi Ariasih (21) dari Banjar Anyar Marga Dajan Puri, Tabanan. Ia juga masih melestarikan tradisi ini bersama keluarganya.
“Saya biasanya bikin lawar bersama bapak. Menu yang kami siapkan seperti lawar, urutan, pepes babi, tum bungkil, babi kecap, dan balung babi,” sebutnya.
Ia memperkirakan biaya yang dibutuhkan sekitar Rp300.000.
Cok Gede Yoga Putra Pratama (23) dari Desa Pejeng Kangin, Gianyar, menambahkan ngelawar menjadi momen penting untuk mempererat hubungan keluarga. “Iya saya masih mempertahankan tradisi ngelawar dengan keluarga di rumah kakek nenek. Yang dibuat saat penampahan itu lawar merah, lawar putih, sate galungan, komoh, dan urutan babi,” jelasnya.
Untuk keperluan tersebut, keluarganya menyiapkan anggaran sekitar Rp500.000 hingga Rp1.000.000. Budget ini ergantung jumlah bahan yang dibutuhkan dan jumlah orang yang ikut serta. (Andin Lyra/balipost)