Kondisi sampah sisa upakara dan sampah plastik terkumpul di depan rumah beberapa rumah warga di sekitar Sanur, belum diangkut petugas, pada Kamis (24/4) pagi. (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sampah organik terutama yang berasal dari sisa upakara meningkat saat hari raya. Fenomena ini semakin biasa terjadi. Untuk itu, Denpasar mengandalkan 24 TPS3R dalam mengelola sampah organik atau sisa upakara.

Walikota Denpasar IGN Jaya Negara, Kamis (24/4) mengatakan, untuk pengelolaan sampah organik terutama saat hari raya dioptimalkan dilakukan di TPS3R yang ada di desa. “Sudah ada 24 TPS3R sudah beroperasi,” ujarnya.

Sedangkan di luar sampah organik tetap sementara dibuang ke TPA Suwung, sambil menunggu kebijakan terbaru dari pusat untuk pengolahan sampah. Selain itu, Denpasar yang memiliki TPST juga sedang mencari investor untuk mengelola sampah Denpasar.

Baca juga:  Nasional Catatkan Hampir 7.000 Kasus COVID-19 Baru, Penanganan Masih Terkendali

“Kita pun di Denpasar tidak diam, sudah juga melakukan market sounding untuk 2 TPST yang kita punya yaitu Kertalangu dan Tahura,” ujarnya.

Kepala Unit TPS3R Kesiman Kertalangu Agus Zally mengatakan, memang ada peningkatan sampar terutama sampah organik sisa upakara. Peningkatannya 60 persen sampai 70 persen dari volume sampah rata-rata pada hari normal yaitu 4 ton sampai 5 ton perhari.

Sedangkan residu sekitar 15 ton per hari. “Sampah organik rata- rata bisa diolah habis setiap harinya dengan volume 4-5 ton itu. Sisanya kita buang ke TPA Sarbagita Suwung,” ujarnya.

Baca juga:  Pilkada Serentak 2020 Sukses, Ini Syaratnya

Bahan – bahan upakara yang saat ini banyak inovasi seperti penggunaan stapler pewarna menurutnya bisa saja diolah, asalkan didukung dengan teknologi yang mumpuni.

“Di tempat kami, bahan upakara tersebut masih bisa diolah dengan baik tapi untuk stappler pastinya masih ada, karena ukurannya kecil jadi tidak hancur,” ujarnya.

Sampah organik dicacah atau dihancurkan dengan mesin gibrig. Hasilnya, sampah organik yang telah dicacah dan melalui beberapa proses dijadikan tanah subur. Beberapa produk yang dihasilkan juga ada maggot. Hasilnya didistribusikan kembali ke masyarakat dan beberapa pedagang tanaman. “Untuk tanah subur kami sekarang sudah bisa, di pasarkan, dengan nama produk kita media tanam MIS PIS,” ujarnya.

Baca juga:  GOR Gunung Agung Kebakaran

Sementara Ketua Unit TPS Sadu Sumerta Kaja I Made Tirta Jati mengatakan, sampah yang masuk setiap harinya bisa mencapai 6-8 ton. Sementara kapasitas TPS Sadu baru mencapai 4 ton. Menurutnya sampah banten atau sisa upakara yang berbahan organik semuanya bisa dicacah menjadi media tanam.

Selain itu menurutnya juga sampah sisa upakara saat ini juga bisa terurai di tanah sehingga walaupun meningkat saat hari raya, tidak menjadi soal. “Dan saat hari raya Galungan kemarin sebagian besar sampah organik yang meningkat,” ujarnya. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN