Komunitas Usadhi Lango ISI Denpasar menampilkan Peed Aya berupa Tari Siwa Nata Raja yang menjadi ikon PKB pada Pembukaan PKB XLVI, di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandhi, Renon, Sabtu (15/6) sore. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Saat Peed Aya atau pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025 nanti, Denpasar akan menampilkan kekhasan seni dan budaya yang dimiliki Desa Adat Kesiman.

Kepala Dinas Kebudayaan Denpasar, Raka Purwantara, Senin (28/4) mengatakan, pada saat Peed Aya (pembukaan PKB) akan diisi dengan keanekaragaman seni budaya dan kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang, yang saat ini lestari keberadaannya di Desa Adat Kesiman. Di antaranya ada ngarebong, baris poleng, yang merupakan keunikan dan kekhasan Desa Adat Kesiman.

“Tradisi-tradisi ngarebong, ada ngurek, ada barong yang merupakan pelawatan menyertai ritual ngarebong, akan ditampilkan dari sisi profannya, bukan sakralnya,” tandasnya.

Tahun ini Denpasar menyiapkan anggaran Rp3,5 miliar untuk mengikuti 21 materi PKB ke-47, meningkat dibandingkan tahun lalu. Khusus untuk Peed Aya, Denpasar menyiapkan anggaran Rp400 juta.

Baca juga:  250 Guru di Bali Peroleh "Multilingual Reading and Creative Writing Workshop" dari AS

PKB tahun ini melibatkan 1.600 orang terdiri dari seniman, penabuh, penari, konsultan serta pembina seni. Usai Galungan, mulai Rabu, para konsultan seni akan mengunjungi sekaa-sekaa yang sudah ditunjuk mewakili dalam wimbakara (lomba), rekasadana (pagelaran), dan utsawa (parade) dalam PKB ke-47 untuk meninjau kesiapannya. Diakui hingga saat ini, kesiapan para sekaa telah mencapai 75-80 persen pada April.

Ada 21 sekaa, sanggar dan komunitas seni yang terlibat dalam PKB. Namun, ia menegaskan bahwa Pemkot memberi ruang yang lebih pada sekaa-sekaa yang lahir dari banjar sebagai bentuk pembinaan dan pemberdayaan masyarakat.

Baca juga:  Hapus Kesan Monoton PKB

“Memang kita utamakan sekaa-sekaa yang berbasis di banjar, kalau peed aya, karena banjar kekurangan personel, jadi kita melibatkan beberapa banjar di Kesiman. Namun, ada juga sanggar seni yang berbasis di banjar, karena banjar inkubator seni dan budaya, bukan berarti Pak Wali mengabaikan sanggar seni yang dikelola oleh perorangan, berkolaborasi melestarikan seni dan budaya,” ujarnya.

Tahun ini, diakui ia lebih berfokus pada lomba-lomba yang belum maksimal diraih tahun lalu seperti lomba baleganjur, bapang barong ket, masatua Bali, mewarnai, magender wayang, taman penasar.

“Itu akan kita fokuskan nanti, prioritaskan capaian prestasi yang belum maksimal tahun lalu, bisa meningkat tahun ini. Targetnya seperti lomba barong, baleganjur, taman penasar yang tahun lalu meraih juara II, kita targetkan tahun ini menjadi yang terbaik,” ujarnya.

Baca juga:  PKB Seperti Meraba Gajah

Untuk mencapai target tersebut, sekaa- sekaa sudah mulai persiapan sejak sebulan lalu. “Begitu kita keluarkan surat penunjukan awal Januari lalu, mereka sudah mulai mempersiapkan diri,” ujarnya.

Keberpihakan Denpasar pada bidang seni dan budaya sangat tinggi. Terlihat dari kegiatan PKB yang diikuti setiap tahun, semua materi PKB selalu diikuti. “Apresiasi Wali Kota terhadap seni, budaya, seniman, yang tumbuh di Kota Denpasar sangat tinggi. Dari 3 baga di PKB, kepesertaan Denpasar dan Badung sangat banyak,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *