NEGARA, BALIPOST.com – Sepekan belakangan ini pesisir Jembrana khususnya wilayah Pesisir Pebuahan dan beberapa wilayah di Gilimanuk porak poranda karena diterjang ombak besar dan terkikis abrasi. Meskipun ini terjadi sejak beberapa tahun lalu namun hingga saat ini belum ada penanganan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Perumahan Kawasan Permukiman (PUPRPKP) Jembrana, I Wayan Darwin, beberapa hari lalu mengaku sudah menerima laporan masalah abrasi yang juga memutus jalan kabuapaten di Pebuahan.
Menurutnya untuk masalah jalan tersebut, rencananya tetap akan dibiarkan, mengingat abrasi masih terjadi di pantai tersebut. Sedangkan untuk penanganan abrasi itu, pihaknya masih menunggu pusat. Karena penanganan abrasi pantai merupakan wewenang Pemerintah Pusat. “Jika jalan diperbaiki tanpa ada penangan abrasi, akan percuma,” katanya.
Dikatakannya pihaknya juga sudah terus membuat pengajuan ke Pusat. Namun terakhir pada tahun 2017, Jembrana hanya mendapat jatah penanganan abrasi sepanjang 100 meter di Lingkungan Jineng Agung, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya. Sedangkan tahun 2018 ini, tidak ada bagian di Jembrana. Begitu juga untuk tahun 2019 nanti, belum diketahui secara pasti untuk di Jembrana.
Untuk di Pebuahan katanya juga sudah terus disampaikan, termasuk yang di Pebuahan. Katanya memang hampir semua kabupaten/kota juga mengalami abrasi. Sedangkan untuk penanganan abrasi itu, dananya memang besar. “Satu meter saja minimal sampai Rp 35 Juta,” ujarnya.
Sementara itu abrasi kini membuat wilayah Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, tidak hanya memporakporandakan sejumlah warung lesehan kuliner khas ikan bakar setempat. Namun gempuran ombak juga memutuskan jalan kabupaten setempat, sehingga tidak dapat dilewati kendaraan roda empat, dan memaksa warga yang hendak menuju seputaran pesisir ini, harus memutar lewat jalan alternatif.
Salah seorang warga Fatmawati, mengatakan, ombak sudah mengganas sejak Senin (14/5), atau tepat ketika Tilem.
Menurut Fatmawati hampir setiap malam, ombak pasang dengan ketinggian mencapai 2 meter menggempur kawasan pesisir yang sudah lama dilanda abrasi ini. Gempuran ombak yang paling ganas, juga terjadi Rabu (16/5) malam, sehingga membuat jalan kabupaten terputus.
Sejak abrasi mulai parah tahun 2000-an, sudah ada hampir 100 rumah warga hancur.
Selain memutuskan jalan kabupaten tersebut, sejumlah rumah warga termasuk sekitar 5 warung lesehan yang masih tersisa di sisi selatan jalan wilayah pesisir Pebuhan itu, juga banyak hancur. Beberapa pengusaha warung lesehan juga terpaksa membawa bangunan gazebo yang sebelumnya berjejer di sisi pantai untuk dipindahkan ke utara, sehingga menggunakan areal parkir warung mereka.
Sebagian warga juga sudah pindah ke tempat lain. Warga berharap ada penanganan dari pemerintah. (kmb/balipost)