JAKARTA, BALIPOST.com – Institut Otomotif Indonesia (IOI) merekomendasikan agar pemerintah mendukung inovasi dalam negeri bagi pengembangan kendaraan listrik dengan merek nasional. Diharapkan pada 2025 sudah sekitar 20 persen kendaraan di dalam negeri menggunakan tenaga listrik.
“Jadi ini ada semacam lompatan teknologi, kalau kita bisa produksi mobil listrik di dalam negeri tentu akan sangat baik,” ujar Presiden IOI I Made Dana Tangkas usai buka puasa bersama wartawan di Jakarta, Rabu (23/5).
IOI sendiri merupakan instrumen yang dibentuk pemerintah untuk mengkaji dan mengembangkan industri dan teknologi kendaraan masa depan yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan. “Ini menjadi wadah untuk kita semua untuk menuangkan ide-ide di dunia otomotif. Seperti mau bikin mobil listrik, dan lainnya kita bisa belajar dan mengembangkannya melalui IOI ini,” kata dia.
Meskipun industri otomotif sudah berkembang, Made mengatakan, kesuksesannya tidak hanya dilihat dari mampu atau tidaknya membuat mobil dan pabrik. Tetapi bagaimana membangun lingkungan di dalamnya serta menjaga agar industri ini terus bisa tumbuh.
Oleh karena itu, adanya IOI akan membuat visi dan misi pengembangan industri otomotif nasional semakin terarah. Sehingga dalam jangka panjang, IOI diharapkan mampu mendorong pertumbuhan industri otomotif nasional. “Ini momentum baik untuk memajukan industri otomotif Indonesia. Sampai sekarang juga Indonesia belum punya brand lokal, merek yang ada juga belum bisa mengolah karena kita tidak mengembangkan teknologi,” tutur Made.
Made mengapresiasi langkah pemerintah yang saat ini masih menggodok program percepatan kendaraan listrik yang akan masuk dalam Peraturan Presiden tentang Percepatan Kendaraan Listrik Nasional. Nantinya, akan diatur soal kendaraan berbasis listrik; hybrid, plug-in hybrid, dan listrik penuh.
Sebelumnya Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mendorong sejumlah pelaku manufaktur otomotif dan perguruan tinggi melakukan kegiatan riset dalam menghasilkan inovasi teknologi. “Teknologi mobil listrik itu ada macam-macam tipe, antara lain plug in hybrid, hybrid, dan electric vehicle. Ini yang akan kita coba,” kata Airlangga.
Menurut Airlangga, beberapa manufaktur otomotif di Indonesia siap berinvestasi untuk mengembangkan kendaraan emisi karbon rendah (low carbon emission vehicle/LCEV) atau mengusung konsep ramah lingkungan, termasuk mobil listrik.
Ia mengakui, jumlah komponen di kendaraan listrik jauh lebih kecil dibanding komponen pada kendaraan dengan mesin pembakaran. Hal ini akan menyangkut mengenai keberlanjutan aktivitas produksi industri komponen di dalam negeri, termasuk penyerapan tenaga kerja. “Untuk itu, di dalam roadmap pengembangan kendaraan bermotor nasional, kami memang tidak menghapuskan serta-merta semua kendaraan dengan mesin pembakaran,” tutur dia. (Nikson/balipost)