BANGLI, BALIPOST.com – Minat petani di Kintamani membudidayakan tanaman kopi belakangan ini terus meningkat. Hal itu dipengaruhi membaiknya harga kopi di tingkat petani. Saat ini harga jual biji kopi gelondongan merah di tingkat petani mampu menembus Rp 9 ribu per kilogram.
Seorang petani di Subak Abian Wanasari Kenjung Desa Catur, Kintamani Gusti Ngurah Rupa mengungkapkan, harga kopi di tingkat petani terus membaik sejak sekitar tiga tahun terakhir. Pada tahun lalu, kopi gelondong merah laku dijual petani maksimal Rp 8 ribu per kilogram, sementara saat ini harga jual kopi mampu menembus Rp 9 ribu per kilogram. “Bagi petani, harga Rp 9 ribu per kilogram seperti sekarang sudah sangat bagus,” ujarnya Minggu (3/6).
Menurutnya, membaiknya harga kopi belakangan ini dipengaruhi semakin tingginya permintaan kopi arabika di pasaran saat ini. Terlebih setelah kopi arabika Kintamani sempat masuk Istana Negara untuk dijadikan suguhan tamu saat Hari Kemerdekaan 2017 lalu, yang secara tidak langsung menjadi ajang promosi kopi Kintamani.
Gusti Rupa mengatakan, membaiknya harga kopi belakangan ini telah memacu para petani di Kintamani untuk membudidayakan kembali tanaman kopi. Sebelumnya, petani di Kintamani lebih memilih mengisi kebunnya dengan tanaman jeruk. “Sekarang mulai musim petani bikin kebun kopi lagi, kalau sebelumnya kebunnya diisi jeruk,” ucapnya.
Disinggung mengenai bibit kopi, Gusti Rupa mengatakan sejauh ini tidak ada masalah. Dirinya yang mengaku ditunjuk pemerintah daerah untuk menyiapkan bibit, saat ini tengah membuat bibit kopi sebanyak 250 ribu pohon. Bibit kopi yang kini tengah disiapkannya merupakan varietas baru Sigararutang dari Sumatera. Kelebihannya, tanaman kopi ini tidak mengenal musim. “Kalau yang selama ini berbuah 1 kali setahun, tapi dengan bibit ini bisa berbuah 3 kali setahun,” jelasnya.
Nantinya bibit kopi yang disiapkannya ini akan disebarkan ke kelompok-kelompok subak yang ada di wilayah Kintamani. Selain di Kintamani, bibit kopi juga disiapkan di Petang (Badung) dan Sukasada (Buleleng). Dikatakan Gusti Rupa, meski bibit yang tengah disiapkan varietas baru, namun dipastikan cita rasa kopi yang ditanam nantinya tidak akan berbeda. Sebab menurutnya cita rasa kopi dipengaruhi karena faktor geografis. “Kendala sejauh ini belum ada. Tingkat kematian kecil, ini membuktikan bahwa bibit kopi varietas baru ini cocok ditanam di Kintamani,” tandasnya. (dayu rina/balipost)