BANYUWANGI, BALIPOST.com – Banyaknya aliran sungai di Banyuwangi yang melintasi perkampungan, mulai berdampak negatif. Salah satunya, pencemaran.
Bahkan, hampir semua sungai di kabupaten ujung timur Jawa ini sudah tercemar. Kebanyakan akibat limbah rumah tangga.
Parahnya lagi, pencemaran sungai ini sudah mengalir ke laut lepas. Imbasnya, pantai ikut diserbu sampah. “Pencemaran sungai di Banyuwangi kian parah. Terutama akibat limbah rumah tangga. Ini yang ingin kita ubah perilaku masyarakat membuang sampah di sungai,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di sela Festival Kali Bersih di Desa Badean, Kecamatan Blimbingsari, Sabtu (8/4) siang.
Menurut Anas, festival ini mengajak masyarakat peduli dengan sungai. Sehingga, bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan hingga wisata.
Anas menambahkan festival kali bersih sudah memasuki tahun keempat. Targetnya, semua sungai di Banyuwangi bebas dari pencemaran, khususnya limbah rumah tangga.Pihaknya akan memasang jaring di setiap sungai yang melintasi perkampungan. Sehingga, bisa terlihat aksi warga mana yang masih nekad membuang sampah ke sungai.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyuwangi, Chusnul Khotimah menjelaskan hampir seluruh kualitas air sungai di Banyuwangi masuk grade 4 alias tak layak. Sebab, seluruhnya sudah tercemar limbah. Kebanyakan, sungai ini melintasi kawasan perkampungan warga. “Kalau grade 4 ini tak layak apapun, termasuk budidaya ikan,” jelasnya.
Karena itu, dengan festival kali bersih, pihaknya mengajak warga menaikkan grade kualitas air sungai menjadi lebih baik. “Ada beberapa yang sudah naik kelas menjadi grade 3. Artinya, bisa untuk pertanian dan perikanan. Kalau untuk air minum belum bisa,” katanya.
Pihaknya berharap, dengan sungai grade 3 bisa digunakan warga untuk budidaya ikan. Sehingga, menambah ekonomi warga.
Terkait ini, pihaknya terus mengajak elemen di kota dan desa membuat penampungan sampah. Sehingga, tak membuang sampah sembarangan ke sungai. Selama ini, kata Chusnul, pencemaran terparah aliran sungai akibat limbah rumah tangga. (Budi Wiriyanto/balipost)