DENPASAR, BALIPOST.com – Generasi milenial mungkin tak banyak mengenal cerita Panji dengan tokoh utamanya Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candra Kirana). Padahal, local genius nenek moyang bangsa Indonesia ini kaya akan nilai-nilai kehidupan dan menjadi sumber inspirasi karya seni.
Sastra Panji yang lahir di jaman Majapahit akhir abad ke-14 juga telah melanglang buana ke Asia Tenggara, terutama Malaysia, Kamboja dan Thailand. Naskah cerita Panji bahkan telah diakui UNESCO sebagai memory of the world. “Sekarang ini fenomenanya anak-anak tidak mengenal lagi Panji. Kalau dulu, ada film Panji Semirang, kemudian cerita Ande-ande Lumut, Cindelaras, Yuyu Kangkang,” ujar Wakabid Bidang Humas dan Publikasi Festival Panji Internasional 2018, Wiyono Undung Wasito di Taman Budaya, Art Center, Denpasar, Rabu (27/6).
Berangkat dari keprihatinan inilah kemudian digelar Festival Panji di 8 kota besar. Yakni, Denpasar, Pandaan, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Yogyakarta, dan Jakarta mulai 27 Juni hingga 13 Juli mendatang. Tahun ini, skalanya pun telah ditingkatkan dari nasional menjadi internasional melibatkan peserta negara ASEAN dan pembicara/peneliti mancanegara.
“Perlu upaya untuk menggugah kembali warisan bersama sastra dan budaya Panji dari para apresiatornya. Terutama kalangan muda,” imbuh Undung.
Terlebih, Panji tidak hanya mencakup bidang sastra, tapi juga berkembang dalam bentuk seni pertunjukan, wayang beber, komik, seni media dan film, dan seni kriya/kreatif seperti topeng. Di Denpasar, festival Panji diisi dengan pergelaran tari Panji di Gedung Ksirarnawa, Art Center pada 28-29 Juni. Indonesia yang diwakili oleh Bali akan menampilkan drama tari Gambuh di hari pertama dan drama tari Legong Keraton di hari kedua. Selain itu, ada pula drama tari Inao/Inu Keluar dari Gua (Thailand) dan tari Inao (Kamboja). Tak hanya pergelaran, festival juga diisi dengan workshop dan pameran Panji, serta kunjungan wisata khusus peserta luar negeri.
“Jika gerakan ini didukung oleh berbagai pemangku kepentingan, tentu akan menjadi sebuah gerakan yang masif, tersistem, dan melibatkan semua stakeholder, sehingga tercipta suatu ekosistem seni dan budaya Panji yang kuat, dinamis dan mengakar,” jelas Undung yang juga dalang wayang orang ini.
Festival Panji diharapkan dapat membangun karakter bangsa dengan merintis kesadaran tentang jatidiri, dan identitas kebangsaan bagi generasi muda. Sastra dan budaya Panji agar lebih dipahami sebagai warisan budaya dan sumber inspirasi dalam penciptaan karya seni dan pemajuan kebudayaan. Termasuk meningkatkan apresiasi masyarakat akan beragam corak repertoar seni berbasis Panji, sehingga terbangun komunitas pecinta Panji atau Panjimania. (Rindra Devita/balipost)