JAKARTA, BALIPOST.com – Naiknya peringkat daya saing pariwisata Indonesia dari ranking 50 ke 42 dunia ikut dikomentari Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA). Lewat Ketua Umumnya, ASITA meyakini, strategi dan kebijakan Kementerian Pariwisata yang dinakhodai Arief Yahya sudah berada di track yang benar.
Goal-nya akan berujung pada kebangkitan sektor pariwisata Indonesia. “Ini pertanda akan bangkitnya pariwisata Indonesia. Ini patut disyukuri dan harus dijaga oleh semua elemen Pentahelix, ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media-red). Saya salut dengan komitmen Presiden Jokowi dan Pak Menpar Arief Yahya. Kalau pemimpin negara seperti ini, saya yakin Pariwisata Indonesia akan maju bersama masyarakatnya,” ujar Ketua Umum ASITA Asnawi Bahar, Minggu (9/4).
Pengusaha kelahiran Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, 3 April 1961 yang sudah lama malang melintang di bisnis pariwisata ini meyakini, kebijakan Pemerintah menggenjot sektor pariwisata secara masif dan komprehensif yang dilakukan saat ini menjadi awal kebangkitan sektor pariwisata Indonesia.
Sejak awal, Menpar Arief Yahya sudah memperlihatkan kinerja yang impresif. Strategi pariwisata dengan membangun landasan branding yang kokoh sudah membuahkan rangking branding yang melompat melampaui Thailand dan Malaysia.Country Branding Wonderful Indonesia melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47, mengalahkan Truly Asia Malaysia di ranking 96 dan Amazing Thailand di ranking 83. “Dan setelah itu, Menpar langsung mengkalibrasi 14 pilar yang menjadi kriteria dan menentukan peringkat dunia tersebut. Yang minus langsung diperbaiki dengan standar internasional. Langsung diimplementasikan,” katanya.
Setelah sukses mengangkat rangking branding Wonderful Indonesia, Menpar Arief Yahya memang makin kencang berlari mengejar ketertinggalan pariwisata Indonesia. Sebanyak 14 pilar yang dinilai masih lemah langsung diperbaiki.
Pelayanan Wisatawan
Komplain di sosial media dalam pelayanan wisatawan masuk via imigrasi misalnya, persoalan yang kerap dikeluhkan wisman Tiongkok dan Timur Tengah, langsung dicari solusinya. Hasilnya? Lahirlah MoU dengan Kemenkumham dan Dirjen Imigrasi. Bersama Kementerian Pariwisata, dua instansi tadi berkomitmen untuk mengawal persoalan ini secara bersama-sama. “Ini sangat cerdas. Petugas imigrasi itu adalah first impression-nya wisatawan mancanegara. Para petugas itu adalah Public Relation Negara, dalam melayani wisman. Melayani costumers dengan cara yang baik, akan menciptakan kesan baik pula,” ujar Asnawi.
Bidang kesehatan dan kebersihan juga ikut disorot. Ikut diperbaiki. “Kesehatan dan kebersihan sangat penting. Kalau kita tidak melakukan itu, maka kita tidak akan bisa bersaing. Yang saya tahu, Menpar Arief Yahya selalu ingin mengetahui posisi kita ada dimana? Harus berbuat apa? Kapan dan darimana?” katanya.Infrastruktur transportasi udara yang masih tertinggal jauh juga ikut diurai problem crusialnya. Roadshow ke perusahaan airlines, Angkasa Pura I dan II, hingga Airnav, dilakukan. Yang dibidik, apalagi kalau bukan memperbanyak direct flight dari negara-negara originasi ke destinasi wisata Indonesia. “Jadi saya tidak heran kalau Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017, yang dikeluarkan secara resmi oleh World Economic Forum (WEF) 6 April 2017 mengungkapkan indeks daya saing pariwisata Indonesia naik delapan peringkat. Semua pilar dibenahi. Hanya dengan memperbaiki 14 pilar itulah Indonesia bisa bersaing,” ujar Asnawi.
Asnawi percaya dengan program yang sedang dijalankan Menpar Arief Yahya, termasuk pengembangan destinasi dan industri pariwisata yang semakin gencar dan cepat. Promosi ke manca negara dengan berbagai saluran komunikasi juga dilakukan besar-besaran untuk menancapkan brand Wonderful Indonesia, bahwa semua target pasti akan tercapai.
“Saya lihat, progres pembangunan untuk memperkuat sektor pariwisata ini sudah makin kuat. Respons pasar juga sangat positif. saya yakin ini akan berakhir fantastis,” katanya. (kmb/balipost)