Hujan abu mengakibatkan daun tembakau rusak. (BP/ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Hujan abu yang sempat beberapa kali melanda wilayah Desa Langgahan, Kintamani, cukup berdampak pada tanaman tembakau milik petani setempat. Akibat terkena paparan abu, daun tembakau berubah menjadi kering dan rusak.

Kondisi ini pun dipastikan membuat hasil panen petani menurun. Salah seorang petani tembakau, Ketut Sujendra, mengatakan hujan abu akibat erupsi Gunung Agung sempat melanda wilayah Desa Langgahan hingga berapa kali. Sekitar 4-5 hari lalu, intensitas hujan abu di wilayah desanya dirasakan cukup keras. “Sempat juga hujan pasir sekali beberapa hari lalu,” ujarnya Kamis (5/7).

Baca juga:  Ribuan Hektare Cengkeh di Buleleng Diserang JAP

Dampak dari hujan abu, kata Sujendra, saat ini mulai menyebabkan tanaman tembakau milik petani jadi rusak. Terutama pada daun bagian bawah. Daun tembakau yang terkena abu, perlahan berubah mengering disertai munculnya bintik-bintik hitam.

Rata-rata dalam satu pohon jumlah daun yang rusak akibat paparan abu mencapai 2-3 helai. Sujendra mengaku dirinya tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi hal itu. Karena kondisi daun sudah rusak, petani hanya bisa memotong dan membuangnya. “Kalau disiram dengan air juga percuma, tidak bisa kembali kondisi daunnya yang rusak,” ujarnya.

Baca juga:  Picu Macet dan Semrawut, Satpol PP Minta Pedagang Tak Lagi Jualan di Trotoar

Lantaran dalam satu pohon daun yang rusak lumayan banyak, dipastikan hal ini akan berpengaruh pada menurunnya hasil panen secara keseluruhan. Dari 30 are luas kebun tembakau miliknya, diperkirakan hanya bisa mendapat hasil panen 150 kilogram.

Menurun dari hasil panen sebelumnya yang mampu mencapai 250 kilogram. Dia mengatakan saat ini tanaman tembakau miliknya yang terpapar abu sudah berumur sekitar 5 bulan dan akan memasuki masa panen pada bulan depan.

Baca juga:  Usulan Bangun Kasino di Bali Tuai Penolakan

Sementara itu disinggung mengenai harga jual tembakau saat ini, Sujendra mengatakan cukup baik. Tembakau yang telah dicacah dan dikeringkan laku dijual petani dengan harga Rp 50 hingga 60 ribu per rol. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *