Petani sedang memproduksi garam. (BP/sos)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Keluhan petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan terhadap persoalan yang membelit, salah satunya penyusutan lahan akibat gempuran abrasi mendapat perhatian dari Pemkab Klungkung. Supaya produksinya bisa berkelanjutan, diupayakan mencarikan lahan baru. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung, I Wayan Durma, Senin (9/7).

Pejabat asal Nusa Penida ini menyebutkan sesuai informasi, di kawasan pesisir Desa Kusamba terdapat lahan milik pemerintah. Itu akan segera ditelusuri dan dikoordinasikan dengan bagian aset Pemkab Klungkung. “Ini baru informasi. Apakah itu aset kabupaten atau provinsi, akan dicari tahu. Pemkab tetap mengupayakan penanganan lahan yang abrasi. Supaya produksi garam tetap jalan,” jelasnya.

Baca juga:  Mengabadikan Sanghyang Dedari "Masolah"

Penanganan abrasi, sambungnya juga akan dikoordinasikan dengan Diinas Perkerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman. Diharapkan ada pembangunan pengaman pantai. Di sisi lain, dikatakan sebelumnya pemkab telah memperhatikan petani garam dengan memberikan mesin penyedot air laut, pipa dan tempat penampungan.

Namun diakui itu belum sepenuhnya berfungsi maksimal. “Sesuai laporan, ada beberapa mesin yang fungsinya belum efektif. Karena ombak besar,” sebutnya.

Disampaikan lebih lanjut, dalam waktu dekat pihaknya menggelar pertemuan dengan petani, membahas penanganan persoalan yang membelit. Sesuai data terakhir, petani yang tersisa hanya 17 orang. Itu pun sebagian besar sudah uzur.

Baca juga:  Lima Tahun, Sawah di Bangli Susut 700 Hektare

Meningkatkan pendapatannya, pemkab juga telah menggagas produksi garam beryodium. Uji coba telah dilakukan. Hanya saja masih terkendala peralatan pengering. “Penanganan lahan penggaraman juga untuk mendukung program garam beryodium. Untuk alat pengeringnya ditangani Dinas Perindustrian,” imbuhnya.

Seperti berita sebelumnya, petani, Dewa Ketut Candra (75), menuturkan awalnya lahan penggaramannya cukup luas. Namun kini hanya tinggal separuh. Itu diyakini akan terus terkikis ombak yang belakangan ini cukup besar. “Rasanya setahun lagi lahan ini habis. Gubuk saya sudah pindah beberapa kali karena lahannya habis digerus,” sebutnya.

Baca juga:  Infrastruktur Jalan Rusak, Perkembangan Ekonomi Masyarakat Terhambat

Rasa gundah juga menyelimut petani, I Ketut Kaping (54). Lahannya juga tergerus. Kini yang tersisa hanya secuil. Otomatis, produksi garamnya tak lagi sebanyak dulu. Menurutnya, gempuran ombak besar kerap terjadi sejak setahun belakangan. “Setahun terakhir abrasinya semakin parah. Lahan sekarang sudah ada di bibir pantai. Padahal setahun lalu cukup jauh,” keluhnya.

Dihadapkan persoalan yang mengancam penghasilannya itu, pemerintah pun diharapkan bisa memberikan perhatian lebih serius. Perlu ada solusi yang sifatnya jangka panjang. “Kalau bisa supaya ada pengaman pantai dekat lahan,” harapnya. (Sosiawan/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *