Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Arsana. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Jumlah balita di Kabupaten Bangli yang masuk kategori stunting atau gagal tumbuh kembang terus mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir. Berdasarkan data yang diterima di Dinas Kesehatan Bangli pada tahun 2017 jumlah balita masuk kategori stunting hanya 20,4 persen dari jumlah anak sekitar 16 ribu lebih. Hal itu diungkapkan Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Arsana, Selasa (10/7).

Menurut Arsana, balita di Kabupaten Bangli yang masuk kategori stunting sejak tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Kata dia, pada tahun 2015 balita yang masuk kategori stunting sebanyak 28,6 persen, tahun 2016 (25,7 persen) dan tahun 2017 (20,4 persen).

Baca juga:  Kepala Daerah Diminta Turunkan Angka Prevalensi Kekerdilan dan Stunting

“Balita yang masuk kategori stunting ini dilihat dari tinggi badan menurut standar Ornanisasi Kesehatan Dunia (WAO). Normalnya balita berumur satu tahun tinggi badannya mencapai 75,7 cm. Jika dengan umur satu tahun tinggi badannya masih dibawah 68,6 atau dibawahnya sudah masuk kategori stunting,”ujarnya.

Dia mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadi stunting pada balita diantaranya intik (gizi yang masuk ke tubuh) dan penyakit inveksi seperti cacingan Jantung, diare dan dll. Maka dari itu, khusus bagi ibu hamil mereka harus memperhatikan pola makan dan gizi agar bayi di dalam kandungan tumbuh dengan sempurna.

Baca juga:  Bali akan Data Naker Migran, Gubernur Koster akan Buat Pergub

“Ibu hamil harus banyak mednapat supan gizi. Mereka harus makan sayur-sayuran dan buah-buahan dan yang lainnya. Sehingga tumbuh kembang bayi tumbuh dengan bagus,”jelasnya.

Lebih lanjut dikatakannya, untuk mencegah stunting ini, pihaknya telah melakukan berbagai program salah satunya pengadaan garam beryodium. Disamping itu, pihaknya juga memberikan tablet penambah darah kepada siswa SMP dan SMA/SMK dan ibu hamil.

Jelas dia, tujuan diberikannya tablet penambah darah ini, mengingat wanita menjalani masa mentruasi setiap bulannya, maka dari itu bagi ibu hamil nantinya tidak sampai mengalami anemia. Dengan begitu asupan darahnya menjadi terpenuhi.

Baca juga:  Kasus Stunting Banyak Ditemukan pada Usia 6 - 24 Bulan

“Kita juga rutin melaksanakan penyuluhan kepada masuarakat melalui petugas dari posyandu maupun puskesmas. Selain di masyarakat di sekolah-sekolah kita juga sering memberikan penyuluhan terkait stunting.  Kita harapkan dengan upaya yang kita lakukan mampu terus menekan angka balita stunting,” tegas Arsana. (eka prananda/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *