Proses PPDB SMA. (BP/dok)

BANGLI, BALIPOST.com – Nasib sejumlah sekolah swasta di Kabupaten Bangli merana. Sekolah menengah kejuruan (SMK) Una Rosa salah satunya. Hampir setiap tahun sekolah yang berlokasi di Desa Yangapi, Kecamatan Tembuku itu selalu mengalami krisis murid.

Pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) tahun ini, SMK Una Rosa hanya mendapatkan tiga orang siswa baru. Ketua Yayasan SMK Una Rosa Ketut Burat saat dikonfirmasi Selasa (10/7) mengakui hal itu. Dia membenarkan bahwa sekolah yang hanya memiliki jurusan Akomodasi Perhotelan (AP) itu cukup sering mengalami krisis siswa.

Dia menyebut rata-rata jumlah siswa yang melamar ke SMK Una Rosa setiap tahunnya hanya belasan orang. Bahkan pada PPDB tahun lalu, SMK Una Rosa sama sekali tidak mendapatkan siswa. “Tahun ini ada tiga orang yang mendaftar. Dan sudah menjalani MOS,” ujarnya.

Baca juga:  Fano Berpisah dari Bali United

Menurut Burat, sedikitnya jumlah siswa yang mendaftar ke SMK Una Rosa, disebabkan karena minat siswa lulusan SMP untuk ke sekolah swasta sangat minim. Siswa lulusan SMP lebih antusias untuk bersekolah di sekolah negeri.

Di samping itu, sistem PPDB yang diberlakukan dengan membuka semua jalur, dituding menjadi pemicu semakin merananya nasib sekolah swasta. Dia menyebut dengan adanya tiga siswa baru, maka total jumlah siswa yang dimiliki SMK Una Rosa saat ini sebanyak 9 orang. Enam siswa diantaranya kini duduk di bangku kelas XII. “Sementara kelas XI kosong karena tidak ada murid,” ucapnya.

Burat mengatakan meski jumlah siswa yang ada sedikit, namun proses belajar mengajar di sekolah yang berdiri sejak 2012 lalu itu tetap berjalan normal sesuai kurikulum. Siswa pun tetap antusias mengikuti proses belajar.

Baca juga:  Pengungsi Gunung Agung Budidaya Bunga Mitir di Bajarangkan

Meski proses PPDB telah berakhir, pihkanya masih tetap berharap akan ada tambahan siswa, baik siswa baru maupun siswa pindahan dari sekolah lain. “Mudah-mudahan ada tambahan siswa baru lagi nanti,” harapnya.

Tak jauh berbeda dengan SMK Una Rosa, SMA PGRI Tembuku juga mengalami krisis siswa. Sekolah yang berdiri sejak tahun 2009 itu tahun ini hanya mendapat 7 orang siswa.

Kepala SMA PGRI Tembuku Sang Made B Arjana mengatakan, dalam PPDB tahun ini SMA yang dipimpinnya itu sejatinya sudah mendapat 20 orang siswa baru. Hanya saja karena adanya kebijakan pemerintah terkait penambahan rombel sekolah negeri, siswa yang semula sudah mendaftar ke SMA PGRI Tembuku pun akhirnya memilih lari ke sekolah negeri. “Akhirnya swasta jadi tidak kebagian,” ujarnya.

Minimnya jumlah siswa yang bersekolah di SMA PGRI Tembuku diakuinya sudah terjadi sejak tahun lalu. Namun pada tahun-tahun sebelumya, sekolah tersebut mampu mendapat siswa dengan jumlah lumayan rata-rata 36-40 orang. Agar sekolah swasta tidak semakin merana, ke depan ia pun berharap pemerintah konsisten dalam menerapkan menjalankan sistem PPDB yang telah dibuat.

Baca juga:  PPDB, SMPN 2 Rendang Buka 6 Rombel

Nasib yang sedikit berbeda dialami SMK Praja Pandawa. Sekolah ini mampu mendapat siswa lebih banyak. Sekolah swasta yang berlokasi di lingkungan LC Uma Aya tersebut tahun ini berhasil mendapat 31 orang siswa.

Kasek SMK setempat I Made Andi mengtakan sejatinya jumlah calon siswa yang awalnya mendaftar sebanyak 35 orang. Namun entah apa penyebabnya, empat orang calon siswanya memilih pindah ke sekolah lainnya. Anehnya itu terjadi setelah proses PPDB ditutup. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *