DENPASAR, BALIPOST.com – Bali saat ini tengah dibanjiri wisatawan dari Tiongkok. Namun, tampak cukup kesulitan untuk menangkap potensinya.
Padahal, Pulau Dewata memiliki modal besar berupa keunikan budaya dan filosofinya, disamping alam yang indah. Pemerintah dinilai perlu lebih memperkenalkan daya tarik itu kepada wisatawan negeri Tirai Bambu, khususnya kalangan menengah ke atas.
“Termasuk pada hotel, bisa juga dirancang sedemikian rupa. Misalnya hotel bintang 5, tunjukkan ‘wah’-nya disana. Kalau bisa menunjukkan yang bagus, mereka pasti akan tertarik untuk datang kesini,” ujar Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok, Gou Haodong di Denpasar, Jumat (13/7).
Menurut Haodong, wisatawan Tiongkok paling sering mengeluhkan soal transportasi dan infrastruktur. Seperti misalnya, jalan yang terlalu sempit dan kemacetan.
Oleh karena itu, Pemprov Bali khususnya harus membenahi infrastruktur jika ingin pariwisata Bali menjadi lebih maju. Wisatawan juga akan lebih menikmati waktu liburannya di Bali.
“Pemerintah setempat juga harus bisa menarik wisatawan Tiongkok kelas menengah keatas, karena sekarang yang datang lebih banyak wisatawan kelas menengah kebawah. Mereka datang hanya sekedar untuk bisa ke luar negeri, dan yang seperti ini tidak bisa diandalkan,” katanya.
Haodong menambahkan, grup-grup besar namun low cost seperti itu masa tinggalnya juga pendek yakni sekitar 3 hingga 4 hari saja. Sementara bertamasya yang benar paling tidak membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari.
Dengan begitu, wisatawan juga pasti mau berbelanja atau menghabiskan uangnya di Bali. “Itu sudah pasti menengah ke atas kelasnya. Kalau grup-grup low cost jangan sampai datang kesini. Jadi, harus dirancang sedemikian rupa supaya wisatawan bisa berlibur dengan nyaman, tempat menginapnya bagus, bisa berinteraksi dengan masyarakat, dan semua yang diinginkan bisa mereka lihat. Kalau datang ke Bali, sebenarnya yang harus dinikmati itu adalah kebudayaannya,” paparnya.
Menurut Haodong, disinilah pentingnya menjaga kualitas pariwisata agar lebih banyak lagi wisatawan menengah keatas dari Tiongkok yang datang. Sementara dari pantauannya, ada pantai yang tidak tertata dengan rapi dan sangat kotor.
Masyarakat Bali dan pemerintah harus bisa menjaga lingkungan dengan baik. Tapi kalau sebaliknya, tidak ditata dengan bagus, maka Bali juga tidak akan menjadi “cantik” lagi.
Di sisi lain, Bali juga harus memperhatikan daya tampung dan daya dukung sebelum memutuskan untuk menarik lebih banyak wisatawan. “Kalau mengundang lebih banyak orang, Bali akan terlalu penuh sehingga wisatawan tidak akan bisa menikmati liburan dan mereka juga tidak bisa kemana-mana,” imbuhnya.
Selain itu, kata Haodong, pihaknya juga mengkhawatirkan adanya dugaan pungli oleh oknum petugas Imigrasi. Hampir semua warga Tiongkok mengetahui berita ini, dan bisa saja menjadi alasan untuk batal ke Bali. Itu sebabnya, hal seperti ini mesti dibenahi dan jangan sampai terjadi. (Rindra Devita/balipost)