MALANG, BALIPOST.com – Desa Wisata Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, terus bersolek. Seperti seorang gadis yang sedang senang-senangnya berdandan. Tak heran dalam tiga bulan terakhir ini banyak perubahan fantastis yang terjadi.
Jumlah canopy di cafe sawah, yang tersebar di areal persawahan semi organic mulai bertambah. Demikian pula mini gazebo, serta tempat kandang kuda yang pembanunannya hampir selesai. Tak heran bila kunjungan wisatawan kini mencapai angka rata-rata 3000 tiap hari Sabtu dan Minggu dan 500 pengunjung pada hari kerja.
Perubahan fantastis ini juga berkat kerja sama desa dengan salah satu bank plat merah. Yakni mengucurkan dana berupa kredit usaha rakyat (KUR) kepada warga yang memiliki usaha menunjang keberadaan desa wisata Pujon Kidul.
Sebagai desa wisata yang memiliki kawasan rumah kampung lestari, Pujon Kidul memang tidak hanya mengedepankan wisata alam seperti kafe sawah. Tapi juga ditunjang dusunnya memiliki sejumlah aktivitas warganya yang produktif. Ada dusun yang konsentrasi khusus susu sapi. Sehingga dusun ini disebut kampung susu.
Ada pula dusun yang warganya konsentrasi pada budi daya tanaman toga. Sehingga disebut kampung Toga. Ada pula kampung markisa, apel dan jambu merah. “Kalau untuk jambu merah sudah bisa dipetik untuk wisata petik buah,” kata Udi Hartoko, Kepala Desa Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Senin (20/4).
Tingginya animo masyarakat Desa Pujon Kidul, menjadikan kawasan desanya benar-benar desa wisata yang produktif dan ada diversifikasi usaha ini, tak lepas dari sinergi Desa Pujon Kidul dengan Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), salah satu BUMN yang melakukan distribusi hasil pertanian milik warga Desa Pujon Kidul.
Menurut Udi, kehadiran PPI itu sangat disambut begitu antusias warganya. Karena warga nantinya tak terlalu repot memasarkan produksi pertaniannya. “Makanya warga semangat. Mereka sudah ndak pusing lagi untuk memasarkannya. Karena akan dibantu PPI,” ujarnya.
Berkat predikat sebagai desa wisata itu, Pendapatan desa pun terdongkrak. Pada tahun 2016 lalu, pendapatan asli desa (PADes) Pujon Kidul menembus Rp 80 juta. Ini capaian PADes tertinggi dibandingkan dengan 377 desa lain se-Kabupaten Malang.
Rata-rata desa lain hanya mendapatkan PADes antara Rp 8 juta – Rp 10 juta. “Targetnya bisa sampai Rp 100 juta. Syukur-syukur bila bisa mencapai Rp 200 juta tahun ini,” ujar Udi bersemangat.
Pendapatan itu berasal dari jasa parkir, retribusi warung, dan pajak homestay. Hingga saat ini sudah ada 55 homestay yang ada di Pujon Kidul. Karena itu, desa ini lolos lima besar desa wisata nasional kategori homestay pada 2016 lalu. “Tahun ini kami berharap sudah ada 100 homestay,” kata Udi yang kembali mencalonkan diri sebagai Kades Pujon Kidul pada pilkades serentak 30 April 2017 mendatang.
Desa Wisata Pujon Kidul ini memang benar-benar komplit. Tidak hanya memaksimalkan hasil pertanian. Tetapi mampu membuka lapangan baru. Keberadaan cafe sawah ternyata menyedot lapangan kerja tersendiri. Bisa dibayangkan untuk pengelolaan kafe sawah saja sudah menyedot 33 karyawan yang merupakan remaja dan pemuda desa setempat. “Mereka juga sudah diberi pembelajaran Mengelola kafe dan cara melayani tamu. Kami kerja sama dengan Disbudpar Kabupaten Malang,” Kata Syamsul Hadi, Ketua Lembaga Desa Wisata Pujon Kidul, Senin (10/4).
Memiliki luas 7600 meter persegi, pengembangan cafe sawah itu masih memungkinkan. Karena juga berkat kerja sama dengan para petani setempat yang lahannya bisa digunakan areal cafe sawah tanpa harus mengurangi dan merusak areal persawahan. “Warga sangat ingin juga sawahnya dipakai untuk perluasan, toh nanti hasilnya juga untuk warga yang memiliki sawah,” kata Syamsul.
Dengan beragam kreativitas itulah, Pujon Kidul pada awal Desember 2016, didapuk sebagai Desa Program Kampung Iklim (Proklim) Nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hanya ada 22 desa di seluruh Indonesia yang didapuk sebagai Desa Proklim. Dari Jawa Timur, hanya diwakili Desa Pujon Kidul saja.
Karena itu, desa ini juga menjadi peserta lomba pengelolaan homestay tingkat ASEAN. “Pujon Kidul yang masuk lima besar terbaik homestay, kami ikutkan lomba di tingkat ASEAN,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Malang Made Arya Wedhantara.
Menteri Pariwisata Arief Yahya turut bangga dengan perkembangan serius desa wisata di Pujon Kidul, Kab Malang itu. “Desa Wisata dan Homestay adalah satu dari tiga program utama Kemenpar tahun 2017 ini, selain Go Digital dan Air Connectivity,” ujar Menteri Arief. (kmb/balipost)