SEMARAPURA, BALIPOST.com – Harapan sejumlah petani di Subak Penasan, Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan Klungkung untuk mendapatkan panen padi maksimal harus pupus. Menyusul maraknya serangan tikus yang telah berlangsung sejak padinya hendak berbuah.
Petani, I Nengah Surita, Minggu (22/7) nampak sibuk di sawahnya di Tempek Dangin Desa. Sesaat setelah guyuran hujan lebat mereda. Ia masuk ke tengah petakan sawah, membersihkan batang padi yang telah menguning. Padahal belum tumbuh buah. Itu dikumpulkan ke pematang sawah. “Ini diserang tikus. Banyak dimakan pangkalnya. Jadi mati,” tuturnya.
Serangan itu berlangsung sejak padinya baru berumur 50 hari. Tepat saat hendak tumbuh buah. Baru musim ini terjadi hal demikian. Sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan padinya sangat baik. Tidak ada serangan hama, baik tikus maupun tungro. “Tumben seperti ini. Tikus sangat marak,” ucapnya.
Petani sangat sulit menangani itu. Jalan yang ditempuh tak hanya dengan meracun, namun juga menggelar upacara paneduh. Tetapi tak membuahkan hasil. Serangan tikus justru semakin menjadi-jadi. “Tikusnya besar-besar. Racun tidak mempan,” kata petani asal Banjar Mungguna, Desa Tihingan ini.
Selain padi, tanaman kacangnya juga turut menjadi sasaran hingga membuatnya gagal panen. “Daun kacang awalnya menguning. Dikira kenapa. Ternyata pangkalnya sudah semua putus dimakan tikus. Habis semua. Gagal panen satu petak,” terangnya.
Petani lain, I Wayan Edi Arianto juga mengatakan hal senada. Hasil panennya musim ini dipastikan merosot. Ia hanya bisa pasrah. “Satu petak ada separuh habis diserang. Banyak yang seperti itu. Upaya uang dilakukan tak mempan,” jelasnya.
Persoalan yang mejerat petani itu dibenarkan Klian Subak Penasan, I Wayan Rupa. Ada sekitar 15 hektar sawah yang terserang tikus dari 143 hektar. Terparah ada di Tempek Dangin Desa. Terdapat satu hamparan padi yang gagal panen. Subak telah melakukan upacara paneduh yang telah menjadi tradisi. Tetapi tak ada tanda-tanda perubahan. Ancaman gagal panen pun masih menghantui.
“Justru tambah marak. Tumben seperti ini. Bingung juga menanganinya,” katanya. Hal tersebut sudah sempat dipantau petugas Dinas Pertanian Klungkung. Penanganannya, petani hanya diminta menggunakan racun. “Ini sudah juga dilakukan. Belum ada perubahan. Tumben seperti ini,” pungkasnya. (sosiawan/balipost)