SEMARAPURA, BALIPOST.com – Ombak besar yang melanda pesisir Klungkung pada Rabu (25/7) mengakibatkan sejumlah jukung (perahu) milik nelayan rusak. Sementara itu hingga Kamis (26/7), para nelayan masih belum berani melaut lantaran kondisi laut belum normal.
Salah seorang nelayan di Pantai Pesinggahan, Dawan, Nengah Maryadana mengungkapkan, ombak besar yang terjadi pada Rabu pagi, menyebabkan air laut naik ke daratan hingga sejauh dua ratus meter. Besarnya terjangan ombak mengakibatkan sedikitnya lima jukung milik nelayan setempat rusak karena patah. “Rusak karena berbenturan dengan jukung lainnya saat dihantam ombak,” kata Maryadana.
Belum normalnya kondisi gelombang laut, membuat nelayan di Pesinggahan tak berani melaut. Lantaran tak punya pekerjaan sampingan, sebagian besar dari mereka kini hanya bisa berdiam diri di rumah sambil berharap cuaca kembali membaik. “Ya cuma bisa nongkrong-nongkrong seperti ini saja,” ujarnya.
Nelayan lainnya, Ketut Suardana, mengungkapkan, dirinya sudah absen melaut sejak empat hari terakhir. Biasanya dalam sehari, nelayan di Pesinggahan melaut hingga dua kali mulai pukul 04.00 hingga pukul 08.00 dan sore hari mulai pukul 14.00 hingga 16.00.
Sama seperti nelayan lainnya, dirinya kini terpaksa menganggur karena tak punya kerjaan sampingan. “Kalau memperbaiki jukung yang rusak, modal tidak punya,” ujarnya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, dia memprediksi gelombang laut akan kembali normal beberapa hari setelah Purnama.
Selain di Pesinggahan, beberapa jukung milik nelayan di Pantai Segara, Desa Kusamba juga rusak akibat terjangan ombak besar. Nelayan setempat, Ketut Sendi mengatakan, sedikitnya ada tiga jukung milik nelayan rusak terkena hempasan ombak besar.
Kondisi laut yang masih belum bersahabat membuat dirinya dan rekan nelayan lainnya terpaksa absen melaut. “Hari ini sama sekali tidak melaut. Tidak ada celah, perahu untuk masuk ke laut karena ombak masih tinggi,” ujarnya.
Padahal saat ini, lanjut Sendi, di laut sedang musim ikan. Namun karena cuaca buruk, sebagian besar nelayan memilih diam dan tidak berani memaksakan diri beraktifitas hingga cuaca kembali membaik.
Tak hanya nelayan, petani garam di Kusamba juga kini tak bisa beraktivitas akibat ombak besar yang terus melanda pesisir Klungkung. Salah seorang petani garam Dewa Ketut Candra mengungkapkan ombak besar memang rutin terjadi tiap tahunnya.
Tingginya ombak membuat dirinya kini tak bisa memproduksi garam sejak empat hari terakhir. Sebab lahan yang biasa dipakai untuk penjemuran air laut terus menerus diterjang ombak. Saat cuaca normal dan cerah dalam sehari dia bisa memproduksi garam hingga 15 kg. (Dayu Swasrina/balipost)