GIANYAR, BALIPOST.com – Bercerita itu gampang, saya bisa. Hanya saya takut jika tiba-tiba lupa jalan ceritanya. Hal ini spontan diucapkan oleh Komang Gede Darmawan (11 th), salah satu peserta Lomba mesatua Bali bagi penyandang disabilitas se-Bali di Balai Budaya Gianyar, Rabu ( 12/4).
Ucapan Komang Gede Darmawan yang mengaku tiba tiba lupa akan cerita yang dibawakan saat lomba, akan terasa wajar jika dikaitkan kondisinya. Jika tidak diperhatikan dengan seksama, kita tidak akan mengira jika Gede Darmawan dari Klungkung ini adalah penyandang disabilitas ( tuna grahita). Penampilannya wajar sama layaknya anak-anak normal lainnya.
Gede Darmawan yang baru duduk di kelas 6 SDL B Klungkung ini, membawakan cerita Lutung dan I Kakua : memaling isen. Gede Darmawan mengaku sangat senang dapat ikut lomba mesatua, karena disini ia dapat mengekspresikan rasa seni yang ada dalam dirinya.
Sejalan dengan harapan Gede Darmawan dan mungkin peserta lainnya, Bupati Gianyar A.A. Gde Agung Bharata saat membuka lomba mesatua Bahasa Bali bagi penyandang disabilitas mengatakan, para penyandang disabilitas layak diberikan ruang untuk berkreasi dan mengekspresikan rasa seni yang ada dalam dirinya.
Bupati Agung Bharata berharap para penyandang disabilitas ini tidak berkecil hati dengan kondisi fisik mereka. Bagi yang memiliki talenta di bidang seni, seperti menabuh, menari, keterampilan dan lain-lainnya agar tetap terus berkreasi. Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui dinas/instansi terkait akan berupaya untuk menjembati dan memfasilitasinya. “Silahkan berkreasi, jangan ragu untuk untuk berkreatifitas, Pemkab. Gianyar akan selalu mensupport dalam bentuk apapun,” janji Bupati Agung Bharata.Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Gianyar, Drs. I Made Watha mengatakan, lomba mesatua Bahasa Bali bagi penyandang disabilitas masih terkait dengan peringatan HUT ke 246 Kota Gianyar. Tujuan dari lomba ini selain untuk melestarikan seni budaya juga untuk memberikan peran bagi penyandang disabilitas untuk berperan serta dalam mengisi kegiatan HUT kota Gianyar.
Dengan jumlah 21 peserta dari penyandang disabilitas kabupaten/kota se-Bali, lomba ini sekaligus menjadi ajang bagi para penyandang disabilitas silaturahmi dengan teman-teman mereka di kabupaten lain. Made watha menambahkan para peserta akan membawakan sebuah cerita atau dongeng yang hidup dan berkembang di Bali atau di daerahnya masing-masing dengan waktu sekitar 15-30 menit.
Peserta dalam mesatua nanti akan dinilai dari segi keutuhan dongeng, vokal (kekuatan/ketepatan ucapan, variasi, bunyi dan nada), kemampuan bercerita (penampilan, penguasaan ruang, narasi dan karakter), penghayatan (ekspresi, mimik dan gerak) dan bahasa (anggah, ungguhing basa, kelengutan basa).
Namun dari kriteria diatas, menurut salah satu dewan juri I Gusti Made Agus Susana,Sag, tidak berlaku saklek, karena ini harus disesuaikan dengan kondisi peserta yaitu penyandang disabilitas. Penilaian juga harus disesuaikan kondisi masing-masing peserta. Selain Gusti Made Agus Susana, juri lainnya adalah Dra. I.A Made Adnyani,M.Si dan I made Sudastra, SH. (Manik Astajaya/balipost)