Boost Sanur Village Festival ditutup Minggu (27/8). (BP/istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seluruh rangkaian kegiatan Boost Sanur Village Festival telah berakhir dan ditutup secara resmi oleh Wakil Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara ditandai dengan pemukulan gong, bertepatan dengan Purnama Sasih Ketiga, Minggu (26/8) malam.

Jaya Negara memuji konsistensi Sanur menggelar festival yang terus mengalami kemajuan dari tahun ke tahun.

Ia berharap ada peningkatan dalam melestarikan seni budaya. “Saya berharap festival yang digelar Yayasan Pembangunan Sanur ini dijaga, berkelanjutan, dan ditingkatkan kontennya untuk melestarikan seni budaya, mengembangkan potensi wilayah, dan mendorong ekonomi kreatif yang menyejahterakan,” katanya.

Ketua Umum Boost Sanur Village Festival, Ida Bagus Gede Sidharta Putra yang akrab disapa Gusde mengatakan selama lima hari festiva, digelar berbagai kegiatan, meliputi bidang olahraga, lingkungan, seni budaya, hiburan, kuliner, pameran produk UMKM, edukasi kebencanaan, diskusi pariwisata, dan dialog budaya. “Kami berharap spirit dari tema Mandala Giri memberikan kesadaran bersama bahwa peristiwa erupsi Gunung Agung telah menggugah rasa senasib sepenanggungan dan membuat berbagai pihak dituntut untuk memberikan perhatian, menjaga, dan melestarikan gunung serta lingkungannya,” kata Gusde.

Baca juga:  Puluhan Orang Berbaju Adat Pasang Spanduk Penutupan Sementara Pura Ulun Danu

Ia menambahkan sebanyak 13 kali penyelenggaraan festival sejak 2006, kegiatan ini mampu memberikan sumbangsih promosi pariwisata yang bermuara kepada peningkatan angka kunjungan wisatawan. Selain itu, mendorong semakin banyaknya muncul ide dan inovasi serta upaya kreatif terkait konten festival.

Kata Gusde keterlibatan warga Sanur dan sekitarnya untuk mendukung festival ini telah menghasilkan komitmen bersama menjaga destinasi pinggir pantai itu agar tetap indah, bersih, nyaman, tertib, dan aman.

Melalui ajang festival ini berbagai komponen di Sanur ikut berupaya melestarikan warisan budaya sekaligus memelihara citra kawasan ini sebagai salah satu destinasi utama pariwisata. “Dalam waktu dekat kami akan melakukan evaluasi secera menyeluruh dari pelaksanaan festival dan mendengar masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan festival di masa mendatang,” kata Gusde.

Baca juga:  Strategi Kemenkumham Bali Cegah COVID-19

Gusde yang juga Ketua Yayasan Pembangunan Sanur itu menambahkan festival ini masih menyisakan satu program kegiatan, Herballife Bali Triathlon yang akan digelar pada 21 Oktober mendatang. Ia berharap seluruh pogram festival dapat memberikan nilai tambah terhadap perkembangan pariwisata, ekonomi kreatif, dan kesejahteraan bagi warga.

Seiring dengan diluncurkannya persewaan sepeda GoWes dan transportasi mobil listrik MetroCar berbasis aplikasi, Sanur akan terus melakukan upaya pengembangan layanan digital untuk semakin memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi warga dan wisatawan.

Baca juga:  Warga Sanur Pertanyakan Realisasi Pembangunan Dermaga

Sebelum seremonial penutupan, digelar parade budaya yang diikuti sekitar 1.000 warga dan seniman yang melakukan pawai dari SMP Pariwisata Sanur menuju lokasi festival di Pantai Matahari Terbit.

Selain warga, juga terdapat wisatawan asing yang ikut pawai dengan mengenakan pakaian adat Bali.

Diawali dengan marching band SMP Wisata, wakil dari Yayasan Pembangunan Sanur, Desa Sanur Kaja, Desa Sanur Kauh, Kelurahan Sanur, 27 banjar, dan lima tim gabungan industri pariwisata mengikuti pawai hingga panggung kehormatan di Pantai Matahari Terbit.

Pada malam terakhir, panggung utama berturut-turut menyajikan garapan tari dari Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, serta menghadirkan tiga band reggae, yakni The Body, Small Axe dan Joni Agung & Double T. Konser pamungkas ini seakan mengukuhkan Sanur sebagai kawasan reggae. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *