DENPASAR, BALIPOST.com – Bali tercatat sebagai provinsi pertama yang mencanangkan serentak media pembelajaran berbasis TIK atau e-learning lewat kelas maya Jejak Bali. Di Indonesia, sebetulnya sudah ada hampir 50 ribu sekolah yang memanfaatkan rumah belajar serupa.
Namun, baru Pulau Dewata yang melaksanakannya secara masif karena didukung oleh pemda setempat khususnya Dinas Pendidikan. “Ini untuk mendukung digitalisasi pendidikan supaya lebih efisien karena tidak ada lagi beli LKS, buku teks, mencetak soal, fotocopy dan sebagainya. Semua sudah diupload secara digital,” ujar Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Gogot Suharwoto disela-sela launching Kelas Maya Jejaring Jelajah Kreativitas Bali (Jejak Bali) besutan Dinas Pendidikan Provinsi Bali, di Wiswasabha Utama Kantor Gubernur Bali, Senin (27/8).
Menurut Gogot, digitalisasi memungkinkan soal-soal ulangan dibuat lebih objektif dan langsung dikoreksi oleh sistem. Dalam hal ini, nilai akan langsung muncul sehingga menekan habis praktek-praktek kecurangan oleh siswa. Tidak ada lagi siswa yang mendekati guru atau memberi hadiah agar mendapatkan nilai bagus. Guru pun menjadi lebih objektif, efisien, dan lebih cepat dalam penilaian siswa sehingga meringankan beban mereka. “Kegagalan kurikulum 2013 sampai molor, bahkan sempat dimoratorium karena pada saat menilai, guru kelabakan. Misalnya harus menilai 10 kelas, guru itu angkat tangan,” imbuhnya.
Rumah belajar atau di Bali yang disebut Jejak Bali, lanjut Gogot, merupakan alat bantu supaya proses belajar berjalan lebih efektif, efisien, objektif, dan cepat. Pada saat bertatap muka dengan siswa, guru mestinya bisa lebih berperan dalam mendidik, menumbuhkan karakter siswa, memotivasi, dan menginspirasi. Jadi, guru tidak hanya sebatas mengajar atau menyampaikan materi pelajaran saja kepada anak didiknya. “Mendidik yang harus ditonjolkan sekarang,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)