Tim medis dari RSIA Puri Bunda dan orangtua bayi kembar empat memberikan penjelasan, Jumat (31/8). (BP/asa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bayi kembar empat merupakan kelahiran yang langka. Kehamilan hingga kelahiran quadruplet ini penuh liku. Untuk bisa hadir di dunia ini, mereka harus mengalami tantangan yang tidak bisa dibilang ringan.

Kelahiran mereka dibantu 11 dokter. Ada sebelas ahli. Yakni Prof. Dr. dr Made Wiryana, SpAN (KIC) selaku ketua. Ada dr. Ida Bagus Upadana Pemaron, SpOG, dr. I Wayan Artana Putra, SpOG (K), dr Ida Bagus Semadi Putra, SpOG, dr. I Wayan Dharma Artana, SpA (K), dr. Made Rini Suari, M Biomed, SpA (K), dr. A.A Ngurah Prayoga, SpA, dr. Made Sumiartini, SpA, dr. I Gede Budiarta, SpAn-KMN, dr. IB Krisna Sp An, M.Kes, dr. Novandi Kurniawan, Sp An. Di samping itu juga ada belasan perawat secara intensif bergiliran merawat bayi itu.

Baca juga:  Di Pasar, Masih Banyak Warga Tak Gunakan Masker

Sebelum lahir, Tim dokter Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Puri Bunda dengan koordinator dr. IB Semadi Putra, Sp.OG., serta ketua Prof. Dr. dr Made Wiryana, SpAN (KIC) dalam keterangan persnya, Jumat (31/8), menyampaikan bahwa perjalanan kehamilan Luh Gede Irin Pradnyawati memang berliku dan sangat berisiko. “Namun kami tidak pernah menyerah dan tidak pernah mundur,” kata dr. Made Suyasa Jaya, salah satu spesialis obgyn di RSIA Puri Bunda.

Angka kejadian bayi kembar empat diperkirakan 1 berbanding 512.000 kehamilan. Dan persalinan prematur sangat lazim terjadi pada kehamilan quadruplet.

Baca juga:  Memperkuat Sistem Kesehatan, Dinkes Gianyar Gelar Kick Off Integrasi Layanan Primer

Sebelum lahir, lanjut dr. Semadi, pada 12 Juli 2018, Irin mengalami kontraksi rahim disertai keluar lendir campur darah. “Gejala gejala persalinan prematur itu terjadi saat kehamilan berumur 28-29 minggu. Pada hari itu, Irin segera dirawat di RSIA Puri Bunda Denpasar, untuk mencegah persalinan prematur sembari memberi obat untuk percepatan pematangan paru,” tandas dr. Semadi.

Sejak dirawat dari tanggal 12 Juli 2018 hingga 31 Juli 2018 gejala persalinan prematur berhasil diatasi. Persoalan tidak sampai di sana. Gejala prematur bisa diatasi, namun sang ibu harus berjuang kembali. Irin mengalami pecah ketuban saat umur kehamilannya 32 minggu. Berdasarkan pertimbangan medis,1 Agustus 2018 diputuskan melakukan seksio sesaria untuk melahirkan keempat bayi tersebut.

Baca juga:  Kasus Pertama Omicron XE Dilaporkan Selandia Baru, Punya Riwayat ke LN

Saat itu Irin harus masuk ICU. Sedangkan keempat bayinya dirawat di ruang intensif neonatus atau NICU. Masalah tidak sampai di sana, bayi ini sempat mengalami pendarahan saluran cerna. “Namun dengan penanganan medis, keempat bayi prematur ini berhasil melewati masa-masa kritis,” sebut tim medis.

Setelah melewati masa transisi di ruang intermediate, keempat bayi itu dirawat di ruang perawatan biasa. Hampir sebulan menjalani perawatan, kini keempat bayi sudah stabil, begitu juga beratnya. Saat ini berat bayi masing-masing: 2.100 gram, 2.020 gram, 2.000 gram dan 1.600 gram. Berdasarkan kondisi tersebut, tim dokter menyatakan keempat bayi sudah sehat dan diperbolehkan pulang. (Miasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *