Suasana pembukaan Asia Pacific Conference on Tobacco or Health ke-12 (APACT12th), Kamis (13/9) di Nusa Dua. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Liberalisasi rokok yang menyasar anak anak sebagai pasar terjadi di Indonesia saat ini. Dari data kementerian Kesehatan, bahwa 2-3 dari 10 anak-anak Indonesia berusia 15-19 tahun adalah perokok. Selama 15 tahun sejak 2001-2016 persentase anak-anak usia 15-19 tahun yang merokok naik dari 21 persen menjadi 24 persen.

Perlindungan dari tembakau bukan hanya ditujukan bagi anak-anak. Tetapi juga perempuan dan juga kelompok rentan dari efek industri tembakau. Merujuk laporan Universitas Indonesia melalui studi keamanan sosial pada 2018, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal setiap tahun karena rokok. Sekitar 7 persen dari jumlah itu atau 15.844 orang merupakan perempuan.

Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, SpM (K)., saat ini terus mendorong Pemerintah daerah untuk menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR). Karena bagaimanapun juga, KTR tersebut sangat penting untuk melindungi perokok pasif termasuk juga Ibu Hamil. “Perempuan dan anak adalah kelompok rentan rokok, mereka sering menjadi pihak terdampak atau perokok pasif,” ucapnya disela Asia Pacific Conference on Tobacco or Health ke-12 (APACT12th), Kamis (13/9) di Nusa Dua.

Baca juga:  Gegara Sepeda Motor, Pelajar Bobol Ruko Terungkap

Tidak hanya itu, pihaknya ingin terus meningkatkan suberdaya manusia yang berkualitas dengan fokus kepada anak-anak. “Saya fokus ke anak-anak jika anak-anak terkontaminasi dengan rokok dan kita juga akan menghadapi bonus demografi, apakah kita akan dapat mencapainya. Ini yang kita khawatirkan,” katanya.

Sementara, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Dr. Yohana Susana Yembise, Dip. Apling, MA mengungkapkan, isu tembakau selalu menarik untuk didiskusikan. Dari data WHO pada 2016 jumlah perokok di dunia mencapai 1,2 miliar. Dari jumlah itu, 800 juta diantaranya berada di negara berkembang. Bahkan, sebanyak 6 juta orang meninggal karena rokok dan hampir 50 persen berada di Asia Pasific.

Baca juga:  Pengerjaan Pasar Ubud Diputus Kontrak, Disperindag Gianyar Sebut Ini Alasannya

Dikatakan, Bank dunia pada tahun 2016 memprediksi, pada 2030 tingkat kematian karena rokok akan mencapai 10 juta. Dimana 70 persen korban berasal dari negara Asia Pasific. Jumlah pemain industri rokok di kawasan ini sangat signifikan. Sebagai catatan, di Indonesia, ada sekitar 336 miliar batang rokok diproduksi pada akhir 2017 dan diprediksi meningkat hingga 524 miliar pada tahun 2020.

Diakuinya, peneterasi industri rokok di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 2016 sekitar 90 juta warga Indonesia merokok. Ini menjadikan Indonesia negara pengkonsumsi rokok terbesar ketiga setelah Rusia dan China.

Baca juga:  Beban Kesehatan Akibat Rokok Lebih Besar Dari Pendapatan

Rokok adalah ancaman laten bagi anak-anak. Dampak yang ditimbulkan karena rokok akan dirasakan ketika usia 15-20 tahun ketika mereka menjadi produktif. “Berdasarkan data PBB, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada  2014, dan momentum ini tidak aka bisa digunakan menuju sustainable development jika kita tidak berjaga dan memproteksi anak anak dari rokok dari sejak dini,” jelasnya.

Untuk itu, pihaknya akan menjaga untuk memastikan bahwa anak anak akan terlindungi dari rokok. “Untuk mencapai target itu, kami akan bekerja sama dengan asia pasifik guna memformulasikan kontrol terhadap rokok,” tambahnya. (yudi karnaedi/balipost0)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *