DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi Bali selalu menjadi barometer. Namun, kondisi riil di Bali tak seindah yang dibayangkan.
Bahkan, jika dulu naker pendatang terkonsentrasi di perkotaan yakni Badung dan Denpasar, kini mereka sudah merambah kota-kota kecamatan. Diprediksi sekitar 80 ribu naker usia produktif masuk Bali dalam lima tahun terakhir.
‘’Kami sedang melakukan pendataan naker pendatang dan lokal untuk melakukan pemetaan kekuatan riil ekonomi Bali. Mobilitas Bali yang terlalu terbuka, secara hitungan ekonomi memang menguntungkan karena terjadi pertumbuhan. Namun dari segi daya tahan dan kemandirian ekonomi perlu dipertanyakan. Bali berhadapan dengan tantangan yang serius,’’ ujar pengamat ekonomi kependudukan Universitas Udayana Dr. I Gusti Wayan Murjanayasa, S.E., M.Si., Senin (17/9).
Ia mengatakan, dalam hitungan angka, laju pertumbuhan kependudukan dan laju angkatan kerja memang selalu meningkat. Namun, perlu dicatat saat ini pertumbuhan penduduk lokal hanya 2,1 persen.
Angka ini jangan sampai turun lagi. ‘’Pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih tinggi dari angka pertumbuhan penduduk lokal Bali. Ini mestinya menjadi kajian jika Bali ingin mengawal Ajeg Bali dan penguatan ekonomi kerakyatan. Kemandirian ekonomi Bali harus dipetakan segera,’’ jelasnya.
Ia mengatakan, selama ini mobilitas ke Bali sangat terbuka. Komposisi angkatan kerja di Bali usia 15-59 tahun mencapai 70 persen. Bonus demorafi di negeri ini secara tak langsung telah membuat Bali kewalahan membendung aliran naker.
Secara pertumbuhan ekonomi memnag bagus. Namun, itu dinikmati pendatang dan investasinya. “Kini peluang kerja di kota kecamatan pun telah direbut naker pendatang. Penyiapan naker lokal untuk siap bersaing harus dilakukan,” jelasnya.
Dalam konteks inilah peran Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Koperasi dan UKM dan ekonomi kerakyatan harus dioptimalkan. Ia pun mengingatkan, untuk menuju kemandirian ekonomi, Bali perlu juga mewaspadai serbuan naker asing. Pergerakan angka-angka pertumbuhan naker asing di Bali juga patut dicermati.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali melaporkan bahwa jumlah angkatan kerja di Provinsi Bali pada Februari 2018 mencapai 2.607.288 orang bertambah 138.184 orang dibanding angkatan kerja Februari 2017 (2.469.104 orang) atau bertambah 172.838 orang dibanding angkatan kerja Agustus 2017 (2.434.450 orang).
Jumlah penduduk yang bekerja di Bali Februari 2018 mencapai 2.584.943 orang, bertambah 147.449 orang dibandingkan keadaan Februari 2017 (2.437.494) atau bertambah 186.636 orang dibandingkan keadaan Agustus 2017 (2.398.307 orang).
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Bali pada Februari 2018 mencapai 0,86 persen, mengalami penurunan 0,42 poin dibandingkan TPT Februari 2017 (1,28 persen) atau mengalami penurunan 0,62 poin dibandingkan dengan TPT Agustus 2017 (1,48 persen).
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Februari 2018 mencapai 79,83 persen, naik 2,96 poin dibandingkan Februari 2017 (76,87 persen) atau naik 4,59 poin dibandingkan Agustus 2017 (75,24 persen). Pada Februari 2018, jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal mencapai 48,12 persen, terdiri dari pekerja yang berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai mencapai 44,12 persen dan pekerja yang berstatus sebagai berusaha dibantu buruh tetap/dibayar mencapai 4,00 persen.
Sementara penduduk yang bekerja di sektor informal mencapai 51,88 persen, terdiri dari berusaha sendiri 15,64 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap 17,00 persen, pekerja bebas 5,70 persen dan pekerja keluarga 13,54 persen. (Dira Arsana/balipost)